Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik

Gajah di Pelupuk Mata Itu Setgab!

12 April 2014   17:51 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:45 114 0
Menurut perhitungan cepat Kompas.com hari ini (12/4) PDIP meraih suara pemilih 19,24% sedangkan Gerindra 11,77%, dan tampaknya Pemilu kali ini hanya fokus pada perseteruan dua partai ini. Saya dan juga termasuk pendukung #JKW4P dan juga para pendukung Prabowo Subianto mungkin adalah dua kubu pendukung yang paling ribut di media arus utama dan media sosial.

Tampaknya banyak pendukung #JKW4P kalangan PDIP dan Non-PDIP cukup kaget karena PDIP tidak menang tebal. Demikian juga pendukung Prabowo, mereka juga pasti terhenyak karena peroleh suara Gerindra belum mampu mengusung Prabowo menjadi presiden sendirian. Orang-orang Gerindra juga termasuk yang dibuai para pengamat untuk menentramkan hati bahwa perolehan suara Gerindra hampir mencapai tiga kali lipat dari pada Pemilu 2009. Bahkan Gerindra menepuk dada bahwa Prabowo Effect jauh lebih dashyat ketimbang Jokowi Effect di PDIP.

PDIP pun juga ribut di internal dengan sengit karena prediksi hitung cepat ini. Tahukah kita, siapa sebenarnya yang memenangi Pemilu kali ini? Hmm, Amerika? Yahudi? Konglomerat? Kita terlalu jauh melihat kuman di seberang lautan. Yang menang adalah Gajah di pelupuk mata! Gajah Setgab, yaitu Koalisi Pendukung Rezim SBY yang penuh manipulatif ini.

Koalisi Setgab dalam hitung cepat yang sama jika diakumulasikan mencapai 54,74% suara yang didapat dari PKB (9,12%), PKS (6,99%),Golkar (15,01%), Demokrat (9,43), PAN (7,51%), PPP (6,68%). Ini suara Mayoritas di parlemen! Pemilu harusnya mengevaluasi rezim berkuasa. Rezim SBY yang berkuasa 10 tahun ini dan ditopang partai-partai koalisi ini pastinya tidak akan rela kue kekuasaan harus menguap dengan ada peristiwa pesta demokrasi.

Kekuasaan itu candu, kekuasaan itu cenderung korup ini dan itu sebuah postulat. Walaupun jelas, jelas koalisi Setgab ini penuh koruptor, pelacur anggaran, tetap saja secara akumulatif suara koalisi ini yang menguasai parlemen. Setgab ini sudah seperti hubungan darah saudara. Kita sudah mendengar laporan "Serangan Umum" praktek politik uang yang dilakukan semua partai. Mari kita lihat angka bantuan sosial (bansos). Pada 2011 dianggarkan Rp77 triliun dan meningkat menjadi Rp80 triliun (2012), Rp82 triliun (2013). Sementara itu, tahun 2014 dari semula dianggarkan Rp55 triliun naik menjadi Rp91 triliun.

Bansos memang memiliki manfaat seperti penerapannya melalui rehabilitasi sosial, perlindungan sosial, pemberdayaan sosial, jaminan sosial, penanggulangan kemiskinan dan penanggulangan bencana. Akan tetapi, para pemberinya yang memiliki motivasi politis seperti menerapkan prinsip “tidak ada makan siang gratis” atau istilah politik balas jasa akan menjadi masalah tersendiri.

Dengan kata lain, pemberian bansos itu harus dibalas masyarakat seperti dengan mendorong masyarakat memberi suaranya kala pemungutan suara kepada pemberi bansos. Nah, yang  menikmati uang renyah negara, uang yang dikumpulkan setiap 1 rupiah dari pajak-pajak kita adalah partai-partai koalisi yang bergabung dalam Persaudaraan Sedarah bernama SETGAB. Hampir 60 trilyun dana bansos untuk tahun 2014 digrojokkan menjelang pemilu 9 April kemarin.

Sementara partai-partai  oposisi selama rezim SBY dan juga partai baru, dikondisikan cakar cakaran untuk rebutan tulang, sementara daging gemuk tetap dimakan oleh SETGAB. Oposisi tidak merumuskan musuh bersama sebelum kontes Pemilu dimulai dan akhirnya lupa dan saling ribut antara kaum oposisi. Setgab memiliki kekuasaan tentu punya infrastruktur politik dan sosial, instrumen pendanaa, intelejen yang bermain.

Jadi... kita masih mau ributin Jokowi, Prabowo, Wiranto.... sementara SBY and the gank lagi duduk santai, dan membiarkan Ruhut masih menggonggong! Dan Kesepakatan antara KPK-PPATK-KPU untuk menelisik transaksi keuangan partai dan para caleg hanyalah sebagai pemanis yang memabukan penonton. Kita bersorak dan Setgab masih duduk manis di kekuasaan.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun