Hujan semalam telah berlalu, matahari sudah mengintip perlahan, yang tersisa hanyalah remah-remah kristal sejuk bercampur embun dedaunan pagi.
Kilau cahaya-nya membiaskan cahaya pada kristal-kristal yang mulai mencair. Memantulkan segaris warna keperakan, hanya sesekali, tampak seperti sebaris jaring laba-laba, bersandar manja diantara dua kuntum mawar.
Kemilaunya tak menampakkan kalau rintik hujan sempat membelainya semalam.
Aku menatap keluar dari jendela kamar rumah sakit tempatku tidur semalam, waktunya sudah tiba!
Suster mulai masuk kamarku, mengetes detak jantung bayi dalam kandunganku. Tak terkecuali tekanan darahku pun diperiksa. Bajuku mulai diganti dengan baju operasi.
Saat aku mulai didorong menuju ke ruang operasi, gelombang perasaan takut dan bergairah bercampur menjadi satu. Takut membayangkan akan menjalani operasi besar, apakah semua akan berjalan baik, apakah team dokter operasi ini akan handal dalam melakukannya? Tapi dilain sisi bergairah juga membayangkan sebentar lagi akan bertemu dengan anak pertamaku yang selama ini aktif sekali menendang-nendang perut bundanya, seperti apakah wajahnya? Mirip siapakah dia, mirip ayahnya atau bundanya?
Dengan begitu banyaknya pertanyaan yang berkecamuk di otakku saat ini, aku mulai tersenyum kecil, ah nggak usah terlalu banyak berpikir, sebentar lagi aku akan menjadi seorang bunda, apa yang aku takutkan?
Perlahan-lahan aku mulai rileks, bahkan bisa bercanda dengan dokter anestesi. Team operasi sudah siap, operasi pun dimulai.
Detik-detik aku lewati dengan tenang, sampai akhirnya suara yang kunanti-nanti itu terdengar indah sekali di telingaku. Ya, suara tangisan Reinhart, anak pertamaku!
Dengan sabar aku menanti dia selesai dibersihkan, saat Reinhart didekatkan untuk aku melihat wajahnya, tanpa terasa airmataku turun, kukecup keningnya sambil bersorak dalam hati, ya Tuhan terima kasih atas anugerah-Mu ini, Kau telah menitipkan malaikat kecil dalam hidupku!
***
12 Maret 2012, Ada Apa Denganmu, Pangeran Hatiku?
"Ma, kenapa Rein muntah terus? Setiap kali diberi susu selalu muntah." Tanyaku dengan cemas ke mama.
"Nggak apa-apa Ce, bayi biasa seperti itu, namanya gumoh. Coba disendawakan setelah selesai diberi susu." Jawab mama dengan tenang.
"Bukan ma, ini bukan gumoh. Susu keluar dari mulut, bahkan dari hidung keluar juga lendir. Ini nggak benar. Aku bawa ke dokter saja ma." Kataku dengan kalut.
"Ya sudah, nanti sore mama ikut antar Rein ke dokter." Jawab mama kepadaku.
Lalu lintas Surabaya di sore hari yang macet membuatku tambah gelisah. Sambil menggendong Rein didalam mobil aku berdoa, ya Tuhan semoga dokter bilang ini hanyalah masa penyesuaian saja dalam mencerna susu sehingga sering muntah.
Sesampainya di tempat praktek dokter, aku menunggu dengan gelisah, untunglah antrian tidak lama, kami bisa masuk segera bertemu dokter.
Sewaktu diperiksa dokter, Rein kembali muntah dan menangis. Dokter yang memeriksa langsung melihat record kelahiran dari rumah sakit, minta suster untuk menimbang Rein.
Perkataan dokter selanjutnya membuatku terkejut, ternyata dalam 3 hari Rein yang semula lahir dengan berat 3,2 kg turun 7 ons menjadi 2,5 kg. Dokter langsung memberikan surat pengantar, malam itu juga Rein harus masuk rumah sakit untuk diinfus.
Ya Tuhan, anak baru berumur 3 hari harus diinfus?! Perasaan kuatirku tambah menjadi-jadi saat dokter mengatakan menurut diagnosa dia, Rein mengalami kelainan bawaan lahir di ususnya. Supaya lebih jelas, dokter meminta dilakukan foto untuk melihat dalam tubuh Rein.
Sambil menggendong Rein kembali ke mobil, hatiku hancur rasanya membayangkan aku harus berpisah sementara dengannya. Karena kalau diruangan bayi tidak boleh dijaga orangtuanya.
Sesampainya di rumah sakit, Rein langsung diinfus, dan masih saja muntah. Melihatnya ditusuk jarum infus membuat hatiku terasa tertusuk, duh lebih baik aku yang merasakan sakit daripada anakku yang kesakitan.
Sesak yang ada di hatiku kutumpahkan semua dirumah. Aku ketakutan membayangkan apa yang akan terjadi dengan Rein? Kelainan bawaan lahir Rein separah apakah?
Duh Tuhan, ada apa dengan pangeran hatiku ini?!
***
13 Maret 2012, Pangeranku Memiliki Kelainan Bawaan Lahir Usus 12 Jari
Pagi ini akhirnya ada titik terang, setelah beberapa kali pemeriksaan dan foto, dokter bedah anak menjelaskan kepada kami tentang kelainan bawaan lahir dari Rein.
Reinhart mengalami kelainan bawaan lahir di usus 12 jarinya, yang terputus dengan usus dibawahnya. Sehingga suplai makanan yang masuk akan kembali keluar ( baca = muntah ) dikarenakan tidak adanya jalan untuk diproses dibawah. Jalan satu-satunya adalah dengan operasi bypass menyambung usus 12 jari ini. Operasi harus dijalankan secepat mungkin, karena organ tubuh bagian bawah yang tidak mendapatkan suplai makanan akhirnya menggerogoti tubuh yang ada.
Lututku langsung lemas, anak masih kecil belum genap umur seminggu harus dioperasi?! Tanpa bisa ku cegah, aku menangis dan terus menangis.....
-bersambung-