Jebol juga akhirnya pintu masuk ke EL Salon ditendang dengan paksa oleh salah seorang tukang parkir di sepanjang jalan tempat berada salon tersebut.
Abel menghambur masuk dengan diikuti Oma di belakangnya.
"Ma... bangun Ma.... ada Abel disini... bangun Ma...", sambil menangis Abel mengguncang badan mamanya yaitu Els.
Perlahan kelopak mata Els mulai terbuka. Dengan sekuat tenaga Els mencoba untuk bangun dan memeluk Abel. Els paling tidak suka melihat Abel menangis, Abel tidak boleh sedih, apalagi sedih karena Els, tidak boleh ! Oleh karena itu meski masih lemah, Els berusaha untuk tidak menunjukkannya di depan Abel.
"Hm... Sudah berapa lama ya aku terbaring disini..."
Sambil mengingat-ingat, Els menanyakan pertanyaan itu kepada diri sendiri.
Sepertinya aku tadi mulai menjaga salon seperti biasa, menggantikan asistenku jaga salon supaya dia bisa beribadah seperti biasanya di hari minggu ini. Lalu mendadak gelap dan hanya melihat wajah Abel tadi waktu bangun. Oh, berarti sudah 2 jam lebih aku tergeletak di lantai tanpa ada yang mengetahuinya. Aneh, ada apa dengan diriku?
Pertanyaan-pertanyaan yang berkecamuk dalam pikiran Els tidak bertahan lama, teralihkan oleh ibunda tercinta yaitu Omanya Abel yang langsung memaksa dia untuk segera memeriksakan diri ke dokter. Kesehatan adalah yang nomer satu, jangan cari uang terus, dan masih banyak lagi petuah yang terucap dari ibunda tersayang.
*************************************************************************************************************
"Maaf bu, sepertinya hasil tes darah ibu menunjukkan hal yang tidak bagus. Saya rekomendasikan agar ibu datang ke dokter berikut untuk lebih jelas memeriksakan keadaan ibu."
"Oh, serius banget ya dok penyakit saya sampai saya harus ke Surabaya untuk memeriksakan lebih lanjut?"
"Semoga diagnosa saya salah bu, tapi saya anjurkan untuk ke dokter ini, meskipun jauh di Surabaya, tapi dokter ini terkenal kompeten di bidang ini. Bahkan para pasien yang keluar negeri untuk berobat, setelah pulang ke Indonesia biasa direkomendasikan dokter ini oleh dokter di luar negeri sana. Ditangani oleh orang yang benar-benar ahli akan lebih baik bu."
Sambil memegang kartu nama dokter yang direkomendasikan tadi, Els keluar dari ruang periksa dokter dengan tubuh lemas.
Oh Tuhan, apalagi ini? Mengapa aku harus mengalami ini? Aku takut Tuhan. Aku takut ke Surabaya lalu mengetahui dengan lebih jelas tentang penyakitku. Kalau sesuatu terjadi pada diriku, bagaimana nasib Abel selanjutnya? Kasihanilah dia Tuhan.... Abel hanya memiliki diriku seorang. Ayahnya sudah melupakannya dan menganggapnya tidak ada. Bagaimana ini Tuhan?!
Sambil terus memegang kartu nama dokter tadi, Els kembali duduk di ruang tunggu dokter yang kelihatan lenggang karena sudah tidak ada pasien. Els masih belum mau pulang ke rumah karena terbayang wajah sedih Abel dan Omanya ketika mereka nanti mengetahui hasil periksa Els yang buruk ini.
Tidak ! Aku tidak mau mereka sedih karena aku....
Tak tertahankan lagi semua rasa sesak di dada, membuat Els mulai menutupi wajahnya dengan kedua tangannya dan mulai menangis. Waktu terasa membeku dan tidak ada situasi lain yang menandingi saat ini dalam hidupnya, saat dimana Els merasa betapa beratnya menjadi seorang single fighter dalam hidup tanpa ada orang untuk berbagi.
Sebuah tepukan di pundak Els mengagetkan dan membuat Els menghentikan tangisannya.
Els mendongak keatas melihat siapa yang telah menepuk pundaknya, pandangan mata Els yang masih kabur karena airmata menjadi sulit untuk mengenali orang tersebut.
"Siapakah kamu? Apakah kamu seorang malaikat?"
*Baca juga tulisan sebelumnya*
Malaikat Tanpa Sayap #1
Malaikat Tanpa Sayap #2