Wilson Lalengke mencoba berkelit dengan melakukan penyebaran berita negatif tentang keterlibatan Ketua DPD PPWI Sulsel dengan dana asing, tapi Wilson Lalengke melupakan bahwa justru dirinya yang menerima dana asing dari Kedutaan Besar Kerajaan Maroko di Jakarta. Dana asing Kedubes Maroko mengalir ke kantong Wilson Lalengke ketika PPWI melakukan Lomba Karya Tulis RI-Maroko dan ketika jadi pembicara talkshow on air hari Minggu, 1 Mei 2011 pukul 08.30 pagi. Wilson Lalengke terkena pepatah "Memercik Air Di Dulang, Terpercik Muka Sendiri".
Terlihat jelas kompetensi seorang Wilson Lalengke yang tidak memiliki pengalaman dalam berorganisasi. Tuntutan DPC PPWI Makassar dan DPD PPWI Sulsel cukup sederhana yang meminta WIlson Lalengke meminta maaf karena telah melakukan penyimpangan organisasi karena mengambil keputusan organisasi melalui pertemuan hanya dari petemuan bertopik "Silaturahmi" bukan melalui rapat pengurus PPWI Nasional. Apakah pengurus DPN PPWI hanya Wilson Lalengke seorang diri sehingga dirinya bebas mengambil keputusan seenak perutnya saja yang akan merestrukturisasi DPC PPWI Makassar dan DPD PPWI Sulsel ?
Fakta ini juga menandakan bahwa Wilson Lalengke yang jebolan sarjana pendidikan dari Riau itu tidak menguasai isu politik internasional tapi cawe-cawe menceburkan diri dari isu Sahara Barat. Wilson Lalengke tidak mengetahui persis bahwa Kerajaan Maroko telah melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB dan keputusan Mahkamah Internasional atas pendudukan Sahara Barat sejak tahun 1975. Baca tulisan Udayana Sucitra dari Universitas Paramadina di Kompasiana berjudul Konflik Sahara Barat.
Karena itu, Wilson Lalengke menyadari kompetensinya dalam berorganisasi dan segera melepaskan jabatannya sebagai Ketua Umum DPN PPWI karena tidak cakap dan tidak cukup punya pengalaman dalam mengambil keputusan organisasi. Kepada segenap pengurus DPC dan DPD PPWI seluruh Indonesia agar bersatu menurunkan Wilson Lalengke sebagai Ketua Umum DPN PPWI.