Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik

Pintar, Keren, Tampan, Populer, Kaya?? – Belum Cukup!!

9 Juli 2014   10:43 Diperbarui: 18 Juni 2015   06:54 134 0
Catatan ini hanya dimaksudkan untuk memberi sedikit pemahaman mengenai karakter sesungguhnya yang diperlukan dari seorang pemimpin bangsa.Terlepas dari siapapun nanti kandidat capres-cawapres yang akan terpilih, sejauh telah memenuhi kriteria karakter yang memang dibutuhkan bangsa ini dan terpilih melalui cara-cara yang beradab, berbudaya dan berakhlak, maka diharapkan para pemimpin negeri ini mampu membawa seluruh rakyat – tanpa kecuali – ke arah yang jauh lebih baik.

Sepanjang masa kampanye pilpres yang baru berlalu, acap kita mendengar mereka yang menjadi tim sukses menggaungkan keunggulan karakter dari jagoannya. Ada yang menyerukan agar memilih kandidat dengan kriteria tampan, adapula yang menekankan pentingnya kekayaan dan tak jarang ketegasan dijadikan sebagai anjuran untuk memilih capres-cawapres. Lalu kriteria manakah yang sesungguhnya teramat penting bagi seorang pemimpin bangsa ?

Kriteria pintar memang perlu. Orang yang pintar, dapat diartikan memiliki bekal pengetahuan yang cukup, setidaknya dalam bidang yang digelutinya. Bukan hanya punya pengetahuan tapi orang sungguh-sungguh pintar seharusnya juga mampu untuk mengaplikasikan pengetahuannya. Tanpa bekal ilmu pengetahuan yang cukup, akan lebih sulit bagi seseorang untuk dapat menyelesaikan pelbagai masalah pelik.

Sudah tentu, ilmu pengetahuan tidak hanya melulu dapat diperoleh dari jenjang pendidikan formal. Bagi seorang Pemimpin maka pengalaman juga sangat diperlukan dalam menunjang kelancaran pelaksanaan tugas dan tanggungjawab yang diemban. Pengalaman akan mengajarkannya cara untuk menemukan solusi bagi setiap permasalahan yang dihadapi secara tepat guna. Tak jarang sulit untuk menentukan teori manakah yang diperoleh di jenjang pendidikan formal yang sesuai untuk menyelesaikan permasalahan di lapangan. Itu sebabnya seorang yang baru saja lulus dari bangku perkuliahan dengan sederet gelarpun tidak langsung diberikan tugas, wewenang, tanggungjawab dan kepercayaan yang besar, bila belum dilengkapi dengan pengalaman yang cukup. Diperlukan sentuhan pengalaman dalam penerapan ilmu pengetahuan yang tepat guna.

Begitupula dengan seorang kandidat Pemimpin Bangsa. Tugas dan tanggungjawab yang akan diembannya nanti tidaklah terbilang ringan. Jauh dari ringan. Permasalahan yang akan dihadapi juga tergolong berat. Tuntutan untuk memperjuangkan nasib rakyat dan masa depan negara akan dipercayakan ke pundaknya tatkala terpilih nanti. Sehingga pengetahuan dan pengalaman mutlak diperlukan oleh seorang Pemimpin negeri.

Terbayangkah bila seseorang tidak mengerti apa yang harus dikerjakannya, bagaimana cara menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya, darimana harus memulainya, bahkan tidak mengetahui apa yang sesungguhnya terjadi karena ketidakmampuan mengenali dan menganalisa kondisi maupun permasalahan yang terjadi ? Tentu solusi yang diberikan hanya menjadi asal jadi, sekenanya saja, sekedar di permukaan, tidak menyentuh akar permasalahan, sehingga pada akhirnya tidak menyelesaikan permasalahan yang ada.

Lalu bagaimana dengan kriteria Keren, Tampan, Populer dan Kaya ? Oh, itu hanyalah bonus!!

Tidaklah berdampak fatal bagi kelangsungan sebuah negara bila seorang Pemimpin Bangsa tidak terlalu keren dalam penampilannya. Apalagi sekedar penampilan luar yang dapat dengan mudah dipoles oleh sejumlah perancang ternama yang demikian banyak dimiliki oleh negeri ini dan bahkan sudah tersohor hingga ke penjuru dunia. Kekayaanpun tidak menjadi cerminan karakter dan jaminan bagi ketulusan niat seseorang. Telah banyak contoh nyata disodorkan di hadapan kita, betapa mereka yang telah hidup bergelimang harta, di saat gaji yang diperoleh membumbung tinggi, bahkan kerap tak terbayangkan oleh kebanyakan masyarakat, namun tetap terjerumus ke jurang kenistaan dengan melakukan korupsi yang merupakan bentuk pendzaliman atas hak hidup rakyat negeri ini.

Sebaliknya, acap terdengar betapa seorang jelata dengan taraf kehidupan di bawah garis kemiskinan dengan suka rela mengembalikan temuan uang ratusan juta rupiah. Pemahamannya akan nilai-nilai kegamaan dan keyakinannya akan keberadaan Sang Maha Pemilik Kehidupan dan Semesta Alam telah menuntun nuraninya untuk selalu berlaku jujur.

Musuh terbesar manusia adalah nafsunya sendiri !! Kalimat bijak tersebut tidaklah pernah usang digerus zaman. Serakah, tamak, loba adalah sifat yang lazim bersemayam dalam diri setiap manusia, tak peduli seberapapun kaya rayanya.

Bagaimana pula dengan kriteria Kesantunan dan Ketegasan ? Tentu perilaku yang santun akan melengkapi gambaran seorang Pemimpin Bangsa yang ideal. Namun hanya sekedar santun tanpa disertai dengan etika dan ketegasan dalam bertindak hanya menghasilkan keputusan dan kebijakan yang tidak bijak dan tidak tepat guna.

Tanpa dipagari oleh etika, maka kesantunan hanya akan menjadi selubung pemanis, kemasan indah yang terkadang mampu membungkus segala bentuk penghalalan cara untuk memenuhi ambisi tak berbatas. Etika sejatinya akan menjadi pagar yang membatasi setiap langkah yang dijejakkan. Sebatas santun tanpa dilengkapi dengan kebesaran jiwa hanya akan menghasilkan sosok yang sulit berintrospeksi dan berproses pada perbaikan diri. Sedangkan sudah menjadi sifat dasar manusia, tidak pernah luput dari kelemahan dan kealpaan. Ketegasan sikap juga diperlukan oleh seorang Pemimpin, karena sejatinya Pemimpin adalah garda terdepan yang akan mengarahkan seluruh barisan penyelenggaran negara dalam sebuah kolaborasi yang solid untuk mengolah segala sumber daya yang dimiliki negeri ini bagi sebesar-besar kemakmuran rakyat. Sikap tegas tidak berarti tanpa kesantunan. Demikian pula sebaliknya. Sebuah ketegasan sikap haruslah disertai dengan jiwa humanisme yang terpancar dalam setiap laku, langkah, tindak dan ucapannya. Sehingga etika, ketegasan dan kebesaran jiwa sejatinya harus menjadi elemen yang membingkai sebuah kesantunan.

Namun, pada akhirnya semua kriteria itu tidak akan memberi arti bagi perjalanan sebuah bangsa bila sang Kandidat Pemimpin tidak memiliki kepekaan dan keberpihakan terhadap nasib dan masa depan bangsanya.

Dapatkah terbayangkan bila hanya sekedar mengandalkan pengetahuan yang dipelajari sepanjang jenjang gelar demi gelar akademisnya, sang Pemimpin Bangsa menerapkan teori, mazhab ataupun fatsun yang tidak sesuai dengan kondisi maupun kebutuhan bangsa dan negaranya? Terpikirkah oleh kita bila sangat mengutamakan penampilan dan mengejar popularitas lalu sang Pemimpin Bangsa lebih banyak menghabiskan sebagian besar waktunya untuk pelbagai kegiatan memoles citra dibandingkan memikirkan bagaimana caranya meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat? Terlintaskah di benak kita betapa seseorang yang selalu menjaga sikap santun dalam setiap penampilannya di muka umum ternyata tidak mampu bereaksi saat lingkungan terdekatnya melakukan pelbagai tindakan dan melontarkan beragam pernyataan yang tidak patut, diluar batas-batas etika, yang bahkan melanggar norma-norma kehidupan bermasyarakat ? Atau terbayangkah bila seorang pimpinan hanya mengandalkan ketegasan dalam berucap dan bertindak, tanpa dipagari oleh etika berperilaku yang beradab ?

Kesantunan memang diperlukan oleh seseorang untuk dapat diterima oleh lingkungannya. Sebagai seorang pemimpin tentu kesantunan akan mempermudah dirinya diterima di lingkup internasional. Namun, kesantunan hanyalah kemasan. Ketegasan juga dibutuhkan oleh seorang pemimpin agar dapat mengambil sikap dan arah yang jelas dalam setiap keputusan. Tetapi, ketegasan tanpa etika dan empati hanya akan melahirkan sikap otoriterisme.

Maka sesungguhnya kualitas diri, karakter, kematangan jiwa dan komitmen atas keberpihakannya pada kepentingan rakyat, akan lebih menentukan sikap dan arah yang diambil oleh seorang Pemimpin Bangsa.

Segala sesuatu ditentukan dan berawal dari Niat. Kata-kata bijak itu sangat tepat menggambarkan betapa pentingnya kriteria kepekaan dan keberpihakan kepada rakyat bagi seorang Pemimpin Bangsa. Karena niat seseorang akan sangat menentukan motivasinya dalam bertindak dan mengambil keputusan.

Maka kepekaan dan keberpihakan haruslah menjadi landasan niat saat seseorang memutuskan untuk mengajukan diri sebagai kandidat Pemimpin Bangsa. Niat untuk selalu peka dan berpihak pada kepentingan rakyatnya. Hendak dibawa kemanakah bangsa dan rakyat ini bila terpilih sebagai Pemimpin? Dasar apakah yang akan dipakainya dalam setiap pengambilan keputusan saat memimpin nanti? Untuk kepentingan siapakah kebijakan yang diambil akan ditujukan? Semua diawali dengan niat sang Pemimpin Bangsa.

Kepekaan dan keberpihakan kepada rakyat sejatinya merupakan serangkai kriteria yang tidak boleh dipisahkan. Kepekaan tanpa disertai keberpihakan juga hanya akan menjadi percuma. Kepekaan hanyalah sebuah kesadaran. Sedangkan keberpihakan adalah wujud nyata dari tindakan. Keberpihakan menunjukkan kesediaan seorang Pemimpin Negara untuk mengabdi dan berbakti hanya untuk kemajuan bangsa dan kemakmuran rakyatnya semata.

Seorang Pemimpin mungkin peka bahwa negara yang dipimpinnya ini memiliki kekayaan alam yang demikian berlimpah ruah. Namun tanpa keinginan untuk berpihak kepada kepentingan rakyat, maka bisa saja sang Pemimpin mengambil kebijakan yang tidak ditujukan untuk memenuhi kebutuhan rakyat. Sehingga hanya menjadikan setiap asset negara layaknya sebuah komoditas dan bisnis semata, tanpa memikirkan bagaimana hasil dari pengelolaan asset negara tersebut dapat berpulang dalam bentuk peningkatan kesejahteraan rakyat. Seorang Pemimpin dapat saja menyadari sumber daya manusia yang begitu banyak di negerinya. Namun tanpa keberpihakan untuk memajukan kualitas diri rakyatnya maka sang Pemimpin tidak terpikirkan dan tidak menempuh upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsanya.

Jelaslah sudah bahwa kepekaan dan keberpihakan kepada rakyat menjadi kunci kriteria utama yang wajib dimiliki oleh seorang Pemimpin Bangsa. Didasari oleh kepekaan dan keberpihakan maka setiap langkah yang ditempuh dan program yang dicanangkan akan berujung pada pemenuhan kebutuhan rakyat. Dengan kepekaan dan keberpihakan kepada nasib dan masa depan bangsa dan rakyatnya maka setiap keputusan dan kebijakan yang diambil semata-mata hanya demi peningkatan sebesar-besar kemakmuran rakyatnya.

Berpegang pada kepekaan dan keberpihakan pada rakyat, seorang pemimpin akan memilki jiwa ksatria. Dengan selalu berlandaskan pada kepekaan dan keberpihakan maka seorang Pemimpin pada akhirnya akan mampu tampil menjadi seorang Ksatria Sejati yang selalu membela kepentingan bangsa dan negaranya.

Itu sebabnya karakter yang kuat sekaligus kewibawaan dalam diri seorang Pemimpin negara yang diawali dengan niat yang tulus untuk selalu berpihak pada kepentingan rakyatnya merupakan syarat mutlak berhasilnya seorang Pemimpin sejati. Kemampuan untuk memberi teladan, memimpin pasukannya dan meluruskan setiap penyimpangan yang bertendensi merugikan rakyatnya, tanpa pandang bulu, mutlak ada dalam jiwa sang Pemimpin.

Kenali karakter setiap kandidat calon Pemimpin bangsa adalah menjadi hal yang teramat penting, karena karakterlah yang menentukan cara seseorang dalam mengolah pikir dan rasa, untuk berlaku, bertindak, berucap dan bahkan yang mendasari setiap pengambilan keputusannya. Rekam jejak menjadi salah satu cara untuk dapat memahami karakter seseorang. Sejatinya manusia tidak akan mampu memoles terus-menerus secara konsisten perilaku, tindakan dan ucapan yang berlawanan dengan karakternya. Oleh karena itu cermati rekam jejak setiap kandidat dalam rentang waktu yang cukup panjang, agar dapat diperoleh gambaran yang lebih tepat mengenai karakter yang sesungguhnya.

Nasib bangsa dan negara ini terletak pada pundak seluruh rakyat negeri ini. Adalah tugas dan tanggungjawab seluruh rakyat untuk memilih pemimpin dengan karakter yang tepat.

Pemimpin Bangsa dengan kriteria seperti apakah yang kita butuhkan saat ini ??

7 Juli 2014

-PriMora Harahap-

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun