Inti dari setiap tingkah La Nyalla dan kawan-kawan cuma satu, yakni mempengaruhi publik bahwa Joint Committe yang sudah dibentuk bertugas untuk mengambil alih kendali federasi dan propaganda bahwa PSSI pimpinan Djohar Arifin sudah demisioner dan tidak mempunyai legitimasi. Tak perlu berpikir panjang lebar dan penafsiran yang rumit untuk membuktikan apakah omongan dari La Nyalla itu benar atau tidak. Cukup pakai logika sederhana saja seperti ini:
1. Dalam event kualifikasi AFC Cup U-22, AFC sebagai penyelenggara selalu berkomunikasi secara intens dengan PSSI Djohar Arifin. Tak pernah sekalipun AFC berkomunikasi dengan para anggota Joint Committe. Logikanya, jika PSSI Djohar Arifin sudah dibekukan, AFC akan berkomunikasi dengan tim JC.
2. Jika memang benar PSSI Djohar Arifin sudah demisioner, dibekukan atau kehilangan legitimasi, AFC tidak akan mensahkan daftar nama pemain timnas U-22. Faktanya, AFC sudah merestui dan mensahkan daftar nama yang sudah dikirim dan didaftarkan PSSI.
3. Joint Committe tidak mempunyai hierarki dengan Exco AFC sebagaimana sebuah federasi dengan AFC. Joint Committe hanya berkoordinasi dengan badan ad hoc AFC, yakni Task Force AFC for Indonesia. Karena TF AFC hanya sekedar badan ad hoc, maka tim ini juga bekerja secara terbatas baik secara waktu maupun wewenangnya. (buka kembali statuta FIFA, AFC atau PSSI tentang badan ad hoc)
Jadi, apapun logika yang dipakai La Nyalla untuk membenarkan setiap polah dan tingkah yang dia buat, AFC dan PSSI cukup menjawabnya dengan logika sederhana tersebut.