Para pengamat ini mengatakan bahwa selama paruh pertama tahun 2023 ancaman yang ditimbulkan oleh ISIS tetap tinggi di zona konflik dan rendah di area non-konflik.
Mereka juga percaya bahwa risiko kebangkitan ISIS masih tetap ada meskipun telah kehilangan pemimpin.
"Kelompok tersebut telah mengadaptasi strateginya, menyatukan dirinya dengan penduduk lokal dan berhati-hati dalam memilih pertempuran, sambil merekrut anggota baru dari kamp-kamp di timur laut Republik Arab Suriah dan dari komunitas yang rentan di negara tetangganya," kata pengamat PBB dalam laporannya yang dirilis hari Senin (14/8).
Ribuan Anggota Masih Aktif
Meskipun operasi penumpasan ISIS, atau Daesh, telah berhasil menewaskan para pemimpinnya, namun 5.000 hingga 7.000 anggotanya diperkirakan masih aktif di Irak dan Suriah.
Pengamat menemukan bahwa kebanyakan dari mereka adalah pejuang lapangan dan saat ini sengaja mengurangi aksinya untuk fokus pada perekrutan dan reorganisasi.
Laporan juga menunjukkan bahwa saat ini ada sekitar 11.000 tersangka pejuang ISIS yang ditahan di fasilitas Pasukan Demokratik Suriah pimpinan Kurdi di timur laut Suriah.
PBB mengakui Pasukan Demokratik Suriah telah memainkan peran penting dalam perang melawan ISIS. Pejuangnya berasal dari banyak kalangan, termasuk lebih dari 3.500 warga Irak dan sekitar 2.000 dari hampir 70 negara.
Di Afghanistan, PBB menilai kelompok ISIS merupakan ancaman teroris paling serius. Kelompok tersebut dilaporkan telah meningkatkan kemampuan operasionalnya dan sekarang memiliki sekitar 4.000 hingga 6.000 pejuang dan anggota keluarga di Afghanistan.
Pengamat PBB juga memperkirakan ada sekitar 180-220 pejuang laki-laki yang terafiliasi dengan ISIS di Afrika. Jumlahnya telah berkurang berkat pengerahan pasukan regional di provinsi Cabo Delgado Mozambik.
Peran ISIS juga masih terlihat, meski dalam skala kecil, di sejumlah wilayah konflik seperti Mali, Burkina Faso, serta Niger.