Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Usai Banten dan Lampung, BNP2TKI Gelar Wayang Kulit "Abunawas Nulung TKI" di Sragen

19 November 2011   05:48 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:28 118 0
Sragen, BNP2TKI (18/11) Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) menggelar pentas Wayang Kulit kontemporer bertajuk "Abunawas Nulung TKI" dengan dalang Ki Enthus Suswono di alun-alun Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, Jumat malam (18/11), setelah sebelumnya mengadakan pementasan Wayang Golek di Serang, Banten (11/11) dan kesenian Campursari Pringsewu, Lampung (12/11) yang dihadiri langsung Kepala BNP2TKI Moh Jumhur Hidayat.

Pagelaran Wayang Kulit "Abunawas Nulung TKI" merupakan rangkaian sosialisasi BNP2TKI terkait "pencegahan TKI ilegal" melalui media kesenian tradisional di delapan daerah pada lima provinsi yaitu Serang (Banten), Pringsewu (Lampung), Sragen dan Batang (Jawa Tengah), Malang dan Blitar (Jawa Timur), serta Karawang dan Sukabumi (Jawa Barat).

Seluruh rangkaian kegiatan sosialisasi tersebut mengambil tema, "Kita Semua Peduli TKI". Dan diselenggarakan oleh BNP2TKI bekerjasama dengan PT. Berkah Rahayu Handayani.

Adapun tumpahan ribuan warga Warga Sragen dan sekitarnya yang menghadiri pertunjukan sebagian di antaranya keluarga TKI maupun mantan TKI, seperti halnya dua pentas lalu yang dibanjiri ribuan penonton termasuk para keluarga TKI.

Acara pergelaran Wayang Kulit di Sragen dibuka Sekretaris Utama BNP2TKI Edy Sudibyo dan dihadiri Bupati Sragen Agus Faturahman, Kepala Biro Perencanaan BNP2TKI Agusdin Subiantoro, Direktur Sosialisasi dan Kelembagaan Penempatan BNP2TKI Agus Sunaryadi, jajaran Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan TKI (BP3TKI) Semarang, serta pejabat di lingkungan pemerintah kabupaten Sragen.

Dalam sambutannya, Edy Sudibyo mengatakan program sosialisasi pelayanan TKI dengan pentas kesenian tradisional telah dijalankan BNP2TKI sejak 2008, dan pada 2011 ini dikemas setiap akhir pekan selama lebih kurang tiga minggu untuk sejumlah lokasi kantong TKI, yang sekaligus diperuntukan sebagai hiburan bagi rakyat kecil.

Hanya saja, kata Edy, unsur hiburan dalam sosialisasi ini berintikan pada semangat dan komitmen pemerintah, dengan disertai aktivitas gelar kesenian rakyat untuk memberi informasi pelayanan TKI kepada khalayak atau masyarakat luas, sehingga diharapkan memahami cara menjadi TKI yang prosedural alias resmi.

Pada sisi lain, lanjutnya, perhelatan kesenian tradisional juga untuk mendorong keterlibatan berbagai pihak dan utamanya elemen masyarakat, dalam ikut mengampanyekan pencegahan TKI ilegal ke luar negeri.

"Kegiatan ini jelas menunjukkan bahwa semua kita benar-benar peduli pada TKI," tegas Edy.

Menurutnya, Sragen dipilih karena banyak warga Sragen menjadi TKI dengan sebagian besar bekerja sebagai TKI formal di Korea Selatan. Sekitar Rp 69 miliar remitansi dari TKI tersebut masuk setiap tahun ke Kabupaten Sragen.

"Jumlah ini cukup signifikan dan tergolong sumbangsih luar biasa yang diberikan para TKI asal Kabupaten Sragen, yang diyakini dapat menumbuhkan kemajuan ekonomi di masyarakatnya," katanya.

Ia menambahkan, negara Korea Selatan kini meminta banyak lagi TKI dikirim dari Sragen, mengingat sejauh ini TKI asal Sragen dikenal baik dan bermental gigih dalam pekerjaannya.

Edy juga mengingatkan calon TKI yang ingin bekerja ke luar negeri sebaiknya mempersiapkan diri dengan keterampilan bahasa dan bekal keahlian teknis, selain sehat jasmani ataupun rohani.

"Hanya TKI yang berkualitas akan bermartabat di luar negeri. Karenanya calon TKI harus cukup umur, sehat dan terampil agar idak ada persoalan di luar negeri. Demikian pula, TKI harus melalui prosedur yang benar dalam proses keberangkatannya ke luar negeri," jelas Edy.

Ia mengingatkan setiap calon TKI wajib memiliki kartu tenaga kerja luar negeri (KTKLN) yang dikeluarkan BNP2TKI tanpa dipungut biaya.

Edy menyatakan bekerja ke luar negeri sebenarnya tidak semata-mata untuk TKI, keluarga, atau masyarakat di daerahnya, tetapi secara tidak langsung bisa membawa kemajuan bangsa dan negera jika para TKI-nya berkualitas atau memiliki keahlian.

Sementara itu, Bupati Sragen Agus Faturahman mengatakan terimakasih kepada BNP2TKI yang telah memilih Sragen sebagai lokasi sosialisasi TKI.

"Dengan kehadiran BNP2TKI, saya yakin ke depan TKI Sragen akan semakin besar sumbangan devisanya untuk memberi manfaat bagi keluarga, dan karena itu pemerintah berikut masyarakat sekitar akan terkena manfaatnya," kata Agus.

Ia meminta pula calon TKI tidak sekadar mengutamakan keinginan sebagai kuli di negeri orang, namun harus bertekad menjadi TKI terhormat melalui persiapan yang memadai, terlatih, dilengkapi dokumen yang benar, serta pada akhirnya berhasil mendapatkan jenis pekerjaan yang layak dan membanggakan di luar negeri.

Terkait pelaksanaan program, Direktur Sosialisasi dan Kelembagaan Penempatan BNP2TKI Agus Sunaryadi mengatakan sosialisasi pelayanan TKI oleh BNP2TKI menggunakan kesenian daerah, semata-mata dilakukan guna meningkatkan kepedulian semua pihak kepada TKI, agar keberadaan dan harkat kehidupannya menjadi kian bermartabat di luar negeri.

Ia berharap dengan mengadakan sosialisasi TKI ke masyarakat kantong TKI, upaya peningkatan kualitas TKI bisa tercapai demi mengurangi permasalahan TKI saat bekerja di luar negeri.

"Karena itu berangkatlah sesuai prosedur bagi mereka yang ingin menjadi TKI," ujarnya.

Setelah Sragen, sosialisasi BNP2TKI untuk pencegahan TKI ilegal melalui gelar kesenian tradisional dilanjutkan di Batang pada Minggu (19/11), Malang (25/11), Blitar (26/11), Karawang (2/12), dan Sukabumi (3/12). ***

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun