Pada waktu tertentu Tuhan mengutus Malaikat ke bumi untuk menjalani MOS (Masa Orientasi Sesungguhnya) sebagai ujian untuk menjadi Malaikat Utama.
Setelah sampai di bumi dalam penyamaran sebagi seorang musafir, Malaikat berjalan-jalan guna mengumpulkan data akurat, sesuai guide list.
Setelah berputar-putar dan berpikir akhirnya, Malaikat memutuskan menemui orang pertama yang bernama A.
Malaikat pun memulai pembicaraan pada si A, yang tinggal bersama keluarga dalam gubug kardus di bantaran sungai. Ketika keduanya sedang larut dalam pembicaraan, entah dari mana datangnya, tiba-tiba sekelompok orang berseragam sudah mulai merubuhkan gubug-gubug di bantaran sungai itu.
Tak lama kemudian semua bangunan tsb telah rata dengan tanah. Dan,ajaibnya tak satu pun penduduk yang tampak melakukan perlawanan. Merasa penasaran Malaikat lalu bertanya.
Malaikat:(masih terkejut dan takjub
"Bapak, apakah peristiwa seperti tadi sering terjadi di sini?"
A: "Yah...pak, itu mah acara rutin. Tiga hari yang lalu tempat ini juga diacak-acak sama mereka."
Malaikat: "O...begitu. Trus apa tindakan bapak dan orang-orang di sini. Mereka itu siapa, pak?"
A: "Yah...beginilah, pak. Mereka(baca: penguasa) suka berbuat semena-mena."
Malaikat: (mulai paham sedikit)
"Nah, begini pak. Dengan situasi yang bapak alami saat ini, apa yang paling bapak dambakan suatu saat?"
A: (menghela napas jengkel)
"Kelak jika kami semua sudah mati, kami mau dimakamkan di bawah Candi Borobudur."
Malaikat: (heran)
"Mengapa harus di sana?"
A: "Dalam hidup ini kami bosan selalu digusur. Jadi jika kami dimakamkan di bawah Candi Borobudur, rumah (baca:makam) dan jasad kami tidak akan digusur lagi. Dan, pada saat tertentu makanan (baca: sesajen) di sana berlimpah. Setidaknya setahun sekali kami juga dapat makan enak."
Malaikat: (beberapa saat jemarinya bergetar, lalu ada gerakan memilin antara jari tengah dan ibu jari mengeluarkan suara khas=baca: OKE!)
Kemaruk (baca: O..Teganya)
Sore bergulir makin dalam. Malaikat masih saja jalan-jalan. Lelah menyeret kedua kaki, Malaikat merasa lapar. Ia pun melangkah masuk pada sebuah restoran. Sambil menyantap hidangan Malaikat mengadakan percakapan dengan B.
Malaikat: "Dingin kali di sini, ya. Para tamu pun cuma sikit"
B: "Ya, suasana di sini memang di setting seperi di Europe. Para pengunjung hanya dari kalangan tertentu. Ini restoran super eksklusif."
Malaikat: "Wah, bapak paham kali mengenai restoran ini, ya."
B: "O...tentu. Saya ownernya."
Malaikat: "O...jadi Boss ini pemiliknya, ya. (ada nada kagum dalam suaranya) Wah, hebat. Masih muda sudah jadi pengusaha. Usaha bergerak pada bidang apa saja, Boss."
B: (gaya aristocratnya mumbul)
"Ada realestate, mining coal, dan plantation. Sepertinya Anda, belum pernah..."
Tiba-tiba gedung itu dilanda gempa sangat kuat, dan beberapa detik kemudian bagunan megah tsb rubuh. Bapak B, terjepit puing-puing. Ia berteriak-teriak kesakitan. Keadaannya sungguh parah. Malaikat berusaha menenangkan penuh kelembutan.
Malaikat: "Kondisi bapak sungguh tak baik. Tapi, tolong dengarkan saya, ya. Dalam situasi macam ini, jika punya keinginan yang dapat terkabul, apa lah yang paling bapak inginkan?"
B: (napasnya tinggal empatbelas hembusan lagi)
"Saya mau seluruh pajak usaha perusahaanku selalu diputihkan...(napasnya tinggal enam tarikan) ...jika berhasil kamu saya beri komi..." (napasnya putus)
Malaikat: (wajahnya terkulai sedih, tetapi Ia tak kuasa menahan gerakan jemarinya, ketika jari tengah berpilin dengan ibu jari dan mengeluarkan suara Bippp!=baca: NO, WAY!!!)
Penulis: Presley Hariandja
Nomor: 130.
Utk membaca karya peserta lain, silahkan menuju Akun Cinta Fiksi: Inilah Perhelatan&Hasil Karya Peserta Event Fiksi Humor.
Silahkan bergabung di FB Fiksiana Community.