Sesuai dengan prediksi yang penulis buat pada artikel sebelumnya, akhirnya Anas Urbaningrum mampu menang dari Marzuki Ali pada putaran kedua pemilihan Ketua Umum Partai Demokrat periode 2010-2015. Sementara, tokoh bersemangat dan  flamboyan Andi Alfian Mallarangeng gugur pada putaran pertama dan hanya mampu meraih 82 suara atau 16% dari 529 suara pemilih. Pada putaran kedua Anas mendulang 280 suara (53%), sementara Marzuki Ali meraih dukungan dukungan 209 suara atau 40%. Anggota panitia pengarah kongres EE Mangindaan sebagai pimpinan rapat pleno menyatakan seusai penghitungan suara, "Anas telah terpilih secara sah dan demokratis sebagai ketua umum DPP Partai Demokrat untuk masa bakti 2010-2015." Kongres II Partai Demokrat ditutup oleh Ketua Dewan Pembina SBY dan dihadiri oleh Wapres Boediono dan para pejabat. Di sela acara pemilihan, SBY sebagai Ketua Dewan Pembina Partai kembali mengingatkan para peserta agar pemilihan berlangsung secara demokratis, tidak timbul perpecahan, dan mengharap agar seluruh kader harus bisa menerima hasil pemilihan. Nampaknya pemilihan ketua umum partai menjadi puncak acara kongres, juga terus dikawal dan disikapi dengan hati-hati oleh Pak SBY. Sehari sebelum pemilihan, SBY memberikan arahan kepada peserta kongres. Berharap agar kongres menjadi langkah awal bagi Partai Demokrat untuk tumbuh sebagai partai modern. Ditegaskannya "Karenanya, dalam kongres ini, nama baik, martabat, kehormatan partai harus terus dijaga. Jangan dijadikan hiburan oleh pers. Jangan mau kita diadu domba, dipanas-panasi oleh pihak lain. Kalau itu terjadi, tabungan tahun 2014 suara kita bakal merosot." Selanjutnya Pak SBY mengarahkan, jangan sampai dilihat oleh 220 juta penduduk Indonesia, bahwa Demokrasi itu keras-kerasan. "Kita lempar-lempar kursi, teriak sana sini, nanti saya menangis saudara menangis, karena masa depan kita suram." Laporan pertanggungan jawab Ketua Umum Hadi Utomo agar ditanggapi secara baik dan hormat, tidak kasar. Dalam pemilihan ketua umum, SBY minta jangan sampai kader dan pimpinan partai terpecah belah. Setelah pemilihan kita semua hadir, berpelukan, bersalaman sebagai keluarga besar Demokrat." Yang terpenting, Presiden SBY selaku Ketua Dewan Pembina menyampaikan akan tetap berjuang bersama Partai Demokrat setelah masa jabatannya sebagai presiden berakhir pada 2014. "Meskipun masa bakti saya pada 2014 sebagai presiden berakhir, tapi Insya Allah tahun 2014 saya akan tetap berjuang bersama saudara baik di pemilu legislatif, pilpres dan mudah-mudahan yang diusung oleh Partai Demokrat adalah kader terbaik bangsa sehingga lebih baik lagi. Kita belum tahu siapa, nanti saja kita pikirkan belakangan," tegasnya. Dari beberapa informasi tersebut, beberapa hal penting yang perlu diperhatikan adalah fokus presiden SBY sebagai Ketua Dewan Pembina PD dalam mengawal tertib dan aman jalannya kongres. Kedua hal tersebut merupakan pertaruhan Partai Demokrat yang dicanangkan sebagai partai santun, faham dengan arti hormat, dan modern. Presiden sangat mewaspadai bahwa kondisi masyarakat kita kini yang mudah marah, mudah main bakar, lempar batu dan merusak benda apapun disekitarnya kalau sedang emosi. Beliau sangat khawatir melihat demikian seriusnya para kader yang otomatis terpecah menjadi tiga kubu menjelang pemilihan. Pada sistem demokrasi yang dibanggakannya, kader terbaiknya telah diberikan ruang gerak yang cukup luas. Tidak ada tanda keberpihakan kepada salah satu kader, dan bahkan SBY membiarkan putra bungsunya Ibas berada pada kubu Andi Mallarangeng yang justru terjungkal pada putaran pertama. Ini berarti SBY menepis keberpihakannya. Jadi inilah sebuah contoh bagaimana sebuah parpol dikelola sebagai sebuah keluarga besar yang saling menjaga dan berjuang bersama. Kekalahan mereka terima dengan besar hati sesuai arahan patron yang mereka hormati. Kini Partai Demokrat merupakan partai yang berani melakukan kaderisasi pada pimpinan puncaknya. Ketua Umum yang baru Anas yang dilahirkan di Blitar pada tanggal 15 Juli 1969, baru akan berumur 41 tahun. Umur yang relatif sangat muda dibandingkan Ketua Umum parpol papan atas pesaing utamanya, Golkar dan PDIP. Umur Anas sangat ideal untuk dimantapkan sebagai salah satu kader terbaik Partai Demokrat, dan pantas disandingkan dengan dua kader lainnya Andi Mallarangeng dan Marzuki Ali. Nah kini pertanyaannya, apakah Anas akan diusung menjadi capres Partai Demokrat pada 2014? Kalau dilihat dari sejarah pemilu 2009 lalu, terlihat yang diusung menjadi capres/cawapres adalah mereka yang menjadi tokoh sentral partai bersangkutan. Megawati adalah Ketua Umum PDIP, Prabowo adalah Ketua Dewan Pembina Gerindra. Jusuf Kalla adalah Ketua umum Golkar, Wiranto adalah Ketua Umum Hanura, SBY adalah Ketua Dewan Pembina PD. Jadi kemungkinan pola ini akan tetap menjadi referensi bagi pengurus parpol papan atas pada 2014. Dari sejarah beberapa parpol, kemerosotan perolehan suara parpol, khususnya papan atas tidak akan jatuh dalam periode 5 tahun. Ini yang terjadi pada GOlkar dan PDIP. Jadi kalaupun perolehan suara Demokrat akan merosot, kemungkinan besar akan tetap bertengger di papan atas. Kesimpulannya, Partai Demokrat kemungkinan besar akan mampu mengajukan capres, paling tidak apabila berkoalisi dengan satu atau dua parpol lainnya. Nah kunci siapa yang akan menjadi capres Demokrat akan sangat tergantung kepada arahan Pak SBY. Arahannya sudah jelas walaupun agak samar, mudah-mudahan yang diusung adalah kader terbaik bangsa sehingga lebih baik lagi. Siapa kader terbaik bangsa, bisa Anas, Andi, Marzuki, atau mungkin bukan kader partai tapi kini berada bersama Partai Demokrat. Begitu bukan? Kalau mengikuti pakem 2009, peluang Anas jelas yang terbesar, karena itu sejak kini, sebaiknya para kader muda yang di ijinkan SBY untuk berkiprah, harus mulai  menunjukkan bahwa dirinya pantas dinilai SBY sebagai kader terbaik bangsa. Partai Demokrat telah mampu memberi contoh bagaimana berdemokrasi santun tanpa lempar-lemparan kursi. Apakah itu sudah cukup? Yang perlu diingat, sebuah parpol umumnya diisi dengan mereka yang mengedepankan soal kepentingan baik perorangan maupun kelompok, dan umumnya dilengkapi dengan pragmatisme dan oportunisme. Jadi, apakah SBY mampu mengendalikan parpol setelah tidak menjadi pimpinan nasional? Kemerosotan dan keruntuhan pengaruh Gus Dur dan Amin Rais sebagai patron PKB dan PAN adalah contoh yang pantas untuk dicermati. Partai modern adalah partai kader, yaitu  partai yang mengandalkan kegigihan kader sebagai mesin partai. Budaya paternalistik sebaiknya ditinggalkan, sudah saatnya Partai Demokrat harus mampu menggeliat sendiri tanpa mengandalkan kungkungan SBY, agar tetap mampu eksis setelah 2014. Strategi sebaiknya mulai dipikirkan oleh Ketua Umum baru. Disinilah ujian berat bagi Anas yang pada kasus Century , perannya sebagai Ketua Fraksi PD  oleh beberapa pihak dinilai agak kurang berhasil dan tidak ada gregetnya. Kalau Anas mampu menunjukkan prestasi hebatnya pada empat tahun tersisa, maka bukan tidak mungkin SBY akan meliriknya...dan bisa-bisa Indonesia akan mempunyai Presiden yang kalem, berumur sekitar 45 tahun. Mimpi? Siapa bilang tidak mungkin? Kalau
"wahyu cokroningrat" jatuh kepangkuannya, kata orang Inggris
"Who knows?" PRAYITNO RAMELAN, Pemerhati Intelijen dan Politik. Ilustrasi Gambar. Okezone.com
KEMBALI KE ARTIKEL