Tanggal 21-23 Mei 2010 akan merupakan hari bersejarah bagi Partai Demokrat yang kini disebut sebagai partai penguasa. Partai nasionalis ini akan melaksanakan Kongres Nasional II yang akan dilaksanakan di Hotel Mason Pine, Padalarang. Hotel Mason Pine yang merupakan pusat kegiatan kongres hanya akan ditempati oleh Ketua Dewan Pembina, para pejabat, dan tamu-tamu penting lainnya. Kongres akan dihadiri oleh 497 orang perwakilan DPC, 33 DPD, dan 1.206 peserta. Jumlah ini belum termasuk tim sukses dan simpatisan yang akan meramaikan pesta akbar tersebut. Bertindak sebagai Ketua Panitia Pelaksana Kongres PD II Didik Mukrianto. Beberapa agenda penting yang akan dilaksanakan dalam Kongres adalah pembuatan AD/ART, penetapan struktur partai, dan program kerja partai. Pemilihan Ketua Umum yang hanya menjadi salah satu agenda partai justru terlihat menjadi fokus terpenting dan akan menjadi agenda utama. Hingga hari terakhir menjelang kongres, kandidat yang maju tetap tiga yaitu Andi Alfian Mallarangeng (Menteri Pemuda dan Olah Raga), Anas Urbaningrum (Ketua Fraksi Partai Demokrat) dan Marzuki Ali (Ketua DPR). Ketiga kandidat Ketum tersebut masing-masing telah membangun markas di kota Bandung. Anas Urbaningrum bersama tim suksesnya berada di Hotel Holiday Inn, Andi Alfian Mallarangeng beserta tim suksesnya menginap di Hotel Sheraton, dan Marzuki Alie beserta tim suksesnya berada di Hotel Hyatt Kota Bandung. Sementara para peserta kongres lainnya akan ditempatkan di tujuh hotel yang tersebar di Kota Bandung seperti Grand Preanger Hotel, Grand Pasifik Hotel, Novotel, Hotel Homan, dan Hotel Pasundan. Kongres Partai Demokrat tersebut tercatat sebagai kongres yang akan menggunakan teknologi terbaru elektronik voting. E-voting khususnya akan diterapkan pada proses pemilihan ketua umum partai. Konsep e-voting sama dengan model konvensional yang menggunakan hak, tetapi melewati proses verifikasi. Dalam proses klarifikasi peserta akan dimodali ID Card. ID card akan di barcode oleh panitia. Saat pemilihan ketua umum, ID diverifikasi dan akan dibaca oleh mesin. Setelah terbaca maka identitas pemilih akan muncul dalam layar besar dan bisa diakses seluruh peserta. Baru kemudian pemilih boleh memilih menuju bilik suara. Setelah masuk di bilik suara, peserta akan menghadapi layar komputer untuk melakukan verifikasi kedua. Kemudian layar monitor touch screen akan memunculkan foto kandidat untuk dipilih. Hasil pemilihan akan diumumkan secara elektronik. Dan jika ada kandidat yang merasa dirugikan maka alat bukti pemilihan berupa struk pemilihan bisa diminta lagi oleh pihak yang protes sebagai bukti. Dari keseluruhan agenda, nampaknya para pengurus dan peserta kongres telah dan akan mengalami demam pemilihan ketua umum menggantikan ketum lama Hadi Utomo. Beberapa petinggi partai terbagi dalam barisan ketiga kandidat, tercatat Profesor Ahmad Mubarok berada di kubu Anas, Freddy Numberi dan Hayono Isman di kubu Andi, dan Max Sopacua di kubu Marzuki Ali. Kubu Andi Mallarangeng nampak yakin dan bangga karena bergabungnya putra bungsu SBY, Edhie Baskoro Yudhoyono yang akrab disapa Ibas. Untuk pemilihan Ketua Umum Partai Demokrat ini, Ahmad Mubarok menyebutkan, keluarga Cikeas sangat demokratis. Semuanya memiliki pilihan dan preferensi masing-masing, tetapi tidak ada pemaksaan kehendak. Menurutnya SBY menghormati dan menghargai pilihan-pilihan itu. Dalam strategi pemenangan, kubu Andi Mallarangeng nampak paling hebat, memainkan peran iklan secara besar-besaran untuk menarik simpati para anggota Demokrat. Kubu Andi mengklaim mendapat restu SBY dan meyakini telah mengantongi 80 persen suara. Andi didukung oleh saudara kandungnya Choel Mallarangeng dari Cirrus Surveyor Group. Sementara Anas melakukan deklarasi di Hotel Sultan. Anas mengatakan, dengan dukungan yang makin mengkristal dan makin kokoh, dia optimistis bisa mengatasi dua calon ketua umum lainnya. "Saya tidak akan mengklaim jumlah DPD, namun yang jelas mereka akan melakukannya untuk saya di kongres nanti," katanya. Kandidat termuda diantara tiga orang itu menawarkan konsep penguatan sistem demokrasi dengan berbasis kultural. "Membangun demokrasi tanpa melibatkan budaya akan membuat demokrasi itu kering, gersang, tidak menyentuh sisi-sisi kemanusiaan. Yang paling utama, demokrasi tanpa melibatkan budaya akan kehilangan pertanggung jawabannya kepada publik,"katanya. Lain langkah dan strategi Marzuki Ali. Sepekan menjelang kongres, mantan Sekjen PD ini memfokuskan diri untuk turun ke daerah menggalang dukungan. Marzuki memang dikenal sebagai sosok yang gerakan politiknya tidak ingin diketahui banyak orang. Hal ini pernah diakui Marzuki, dia menyatakan, lobi politik harus dilakukan secara diam-diam. Marzuki menegaskan, bahwa langkah politik sebaiknya harus sulit dibaca, agar tidak mudah dipatahkan oleh lawan. Sebagaimana layaknya sebuah pemilihan partai modern, hasil sebuah survey yang dilakukan oleh lembaga yang kredibel akan memberikan gambaran, walaupun sebuah survey lebih merupakan sebuah persepsi. LP3ES melakukan survei pada 1-20 Maret 2010 terhadap 481 ketua DPD dan DPC di seluruh Indonesia sebagai pemilik mandat kongres tersebut. Survei LP3ES menempatkan Anas di posisi teratas dengan angka 46,2 persen elite partai di daerah yang memilihnya. Setelah dia, menyusul Marzuki Alie (21,3 persen). Selanjutnya, berturut-turut Agus Hermanto (4,6 persen) dan Hayono Isman (2,5 persen). Sementara itu, Andi hanya mendapatkan 2,3 persen dukungan. Sementara itu, survei Cirrus yang dilaksanakan pada 1-7 Maret terhadap 1.240 orang yang merupakan gabungan massa akar rumput (
grass root) Demokrat dan masyarakat umum. Dalam hasil Cirrus, Andi berada di tempat teratas yang meraih 30,6 persen, sedangkan Anas memperoleh 22,2 persen dan Marzuki hanya 2,6 persen dukungan. CEO Fox Indonesia Choel Mallarangeng menyebutkan "''Survei LP3ES itu lebih pada elite, sedangkan survei ini (Cirrus) lebih menyentuh
grass root.'' LP3ES menyatakan bahwa surveinya tak ubahnya sensus. ''Survei itu pada dasarnya adalah sensus. Meski, ada sekitar 4 persen elite yang tak bisa diwawancarai karena satu dan lain hal,'' kata Kepala Divisi Penelitian LP3ES Fajar Nursahid di Kantor LP3ES, Jakarta (7/4). Disebutkan masih terdapat sekitar 15 persen ketua DPD-DPC Demokrat yang belum terbuka soal figur pilihan masing-masing. ''Jadi, peluang kandidat lain memang belum tertutup," kata Fajar. Pengamat politik J Kristiasi dari CSIS sebagai penanggap survei LP3ES tersebut menyatakan meski suara untuk Anas sekarang lebih menonjol daripada kandidat lain, peta dukungan mungkin saja berubah. Faktor restu dari SBY sebagai pendiri dan ketua dewan pembina masih sangat menentukan. ''Kalau restu itu bisa dieksploitasi dan tidak ada bantahan dari SBY, lalu ditambah kekuatan uang, semua pasti mengubah peta sekarang,'' paparnya. Dari beberapa informasi tersebut, penulis berpendapat bahwa  posisi Anas menjadi kandidat terkuat dan kemudian diikuti oleh Marzuki Ali dan terakhir Andi Mallarangeng. Beberapa pengamat politik lainnya  justru menyatakan bahwa peluang berada pada Anas dan Andi, sementara peluang Marzuki paling kecil. Menurut beberapa pengamat, inilah saat penting bagi Partai Demokrat untuk menunjukkan dirinya sebagai partai paling demokratis dan akan menjadi model demokrasi. Penulis berpendapat  bahwa SBY sebagai ketua dewan pembina justru memberikan ruang gerak bagi kader dan bahkan keluarganya untuk bergabung ke salah satu calon. Memang secara tersurat Andi Mallarangeng merupakan calon yang di dukung putra SBY, tapi apakah terbaca juga strategi yang tersirat bahwa belum tentu calon yang di dukung putra Cikeas pasti menang. Ini yang harusnya dibaca dalam strategi kubu Andi. Cara kampanye iklan kepada grass root dan publik dirasa hanya membuang-buang uang, karena target pemilihan hanyalah pengurus partai, bukan akar rumput. Ataukah ini bagian dari strategi sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui? Bagian dari
brand image ? Walau pengamat lebih menempatkan Anas dan Andi sebagai kandidat terkuat, apakah kini terpikir bahwa Marzuki Ali disaat-saat terakhir justru bisa membuat kejutan?. Marzuki jelas seorang kader asli Demokrat yang cukup lama menjabat sebagai Sekjen. Dia telah dipersiapkan, dipercaya  dan kemudian dipilih oleh SBY sebagai Ketua DPR. Nampaknya dia cukup pantas bersaing, dan harus diperhitungkan oleh Anas dan Andi sebagai kuda Troya yang diam-diam dapat menyusupkan pasukan ke benteng lawan dan kemudian memporak porandakan kedua kubu disaat lengah. Memang pemilihan ketua umum partai ini merupakan sebuah demonstrasi penerapan demokratisasi, tetapi, benar ataupun tidak, hasil akhirnya tetap merupakan kemauan dan arahan sang pemimpin tertingginya. Kesimpulannya, posisi terakhir Anas, Marzuki baru Andi, dengan catatan kuda hitamnya adalah Marzuki Ali. Mari kita tunggu hasil akhirnya. PRAYITNO RAMELAN, Pemerhati Intelijen.
KEMBALI KE ARTIKEL