Banyak pelajaran yang bisa dipetik dari mantan Presiden Soekarno, salah satunya keahliannya dalam menyampaikan orasi. Mantan Presiden Soekarno dikenal sebagi bapak orator yang hebat. Beliau dikenal sebagai orator dunia. Keahliannya dalam orasi atau beretorika membuat seluruh rakyat Indonesia maju tak gentar melawan sekutu. Istilah-istilah yang dikemukakan oleh mantan Presiden Soekarno tertanam kuat dalam ingatan bawah sadar rakyat Indonesia sehingga para penjajah dapat dicegah untuk menguasai bumi pertiwi. Diera mantan Presiden Soekarno, ketika bersitegang dengan Malaysia, beliau memberikan istilah 'Ganyang Malaysia'. Istilah lain, ketika konflik dengan Inggris, Presiden Soekarno mengajak rakyat Indonesia untuk 'Inggris Kita Linggis'. Kobaran semangat melalui istilah-istilah itu menancap kuat sebagai kobaran api semangat yang membara, dulu , kini, dan nanti. Strategi mantan Presiden Soekarno dalam menularkan keyakinannya untuk kemerdekaan Indonesia yakni dengan membuat istilah-istilah yang unik merepresentasikan semangat ajakan merdeka dan sejahtera bagi seluruh bangsa. Istilah 'ganyang', 'linggis', atau 'Amerika Kita Seterika' merupakan kata-kata yang mudah diingat dan dipahami oleh seluruh kalangan. Sehingga bersama-sama, tidak tersekat pada perbedaan suku, agama, ras, dan adat istiadat, rakyat Indonesia memperjuangkan tujuan yang satu yaitu merdeka atau mati. Mantan Presiden Soekarno dalam melakukan seruan dan ajakannya dalam retorika memiliki dimensi puitisasi kata-kata dan teknik impromptu. Dimensi puitisasi dapat dilihat dari diksi kata yang indah dan memiliki rima kata yang serupa. Sedangkan dalam teknik berpidato atau beretorika, mantan presiden Soekarno menggunakan teknik impromptu, yaitu retorika yang mendadak, tetapi berhasil menyuguhkan poin-poin penting dan penutup yang mengesankan. Teknik ini merupakan cikal bakal berkembangnya teknik retorika atau teknik berbicara di Yunani. Terilhami oleh Empedocles (430-490 SM) yang selanjutnya dipopulerkan oleh Gorgias di Yunani. Teknik retorika yang digunakan oleh mantan Presiden Soekarno ini cenderung berbeda dengan putrinya Megawati Soekarno Putri maupun presiden Susilo Bambang Sudoyono. Mantan presiden Megawati menggunakan teknik retorika manuskrip yakni hafalan dengan naskah. Sedangkan Presiden SBY lebih sering terlihat menggunakan teknik ekstempore yakni jenis retorika dengan outline atau catatan singkat.
KEMBALI KE ARTIKEL