mengutip dari pernyataan ketua PII, bapak bobby gafur umar di tempo online tanggal 12 juni 2014 "indonesia kekurangan 800ribu insinyur"
http://www.tempo.co/read/news/2014/06/12/092584448/Indonesia-Kekurangan-800-Ribu-Insinyur
tentu saja pernyataan ini sangat dilematis. di satu sisi, ini adalah hal positif bagi adik2 smu untuk menentukan jurusannya nanti di bangku kuliah, bahwa lapangan kerja di bidang ini masih terbuka lebar.
namun di satu sisi, kenyataan nya di saat ini salah satu indikator mengapa perekonomian kita lambat.
ini pernyataan terbaru oleh presiden kita
http://www.beritasatu.com/nasional/232910-jokowi-kita-kekurangan-sdm-di-bidang-teknik.html
bila negara hadir di dalam permasalahan seperti ini tentu adalah angin segar bagi dunia insinyur di indonesia. berarti presiden kita sudah menyadari bahwa insinyur memegang peranan penting dalam kemajuan perekonomian ke depan.
penulis adalah seorang sarjana teknik lulusan tahun 1999, pada saat masuk kedunia kerja, dapat di rasakan ijazah yang di dapatkan dari bangku kuliah selama lebih dari 5 tahun tidak mendapatkan apresiasi yang semestinya.
mungkin inilah salah satu alasan mengapa sarjana-sarjana teknik berpaling setir dari bidang yang kuasai.
bandingkan dengan negara tetangga kita , singapura. di sana, untuk membangun suatu bangunan di haruskan untuk mempunyai konsultant, builder, Resident technical officer dan resident engineer. dari ke 4 unsur itu, semua nya memerlukan jasa dari seorang sarjana teknik. sampai akhir tahun 2014 ini nilai kontrak dari untuk pekerjaaan konstruksi di singapura mencapai $9,190,000,000 (Sumber BCA -2014). bayangkan berapa jumlah insinyur yang di pekerjakan di karenakan regulasi diatas. belum lagi regulasi yang memuat tentang gaji standart seorang insinyur. inilah yang membuat dunia perinsinyuran bergairah di negeri seberang.
kembali ke dalam negeri, kira nya pemerintah yang baru ini dapat membuat regulasi atau kebijakan yang menyokong dunia perinsinyuran di dalam negeri.
saya optimis..