Lelaki berkaos biru itu semakin mendekat. Penumpang yang menghalangi sedikit demi sedikit berbelok dan terlihat jelaslah olehku wajah pria berkaos biru itu.
"Sialan!!" rutukku dalam hati. Ternyata benar Jason penipu. Pria berkaos biru itu memang bule tapi berkepala pelontos dengan wajah sangar. Aku jadi ingat tampang-tampang penjahat di film. Aku setengah bergidik. Kekesalanku rupanya mengurangi kewaspadaanku. Kembali aku mengutuki diriku, kenapa kertas tulisan Jason tidak kusembunyikan? Dan jelas sudah tertangkap oleh matanya.
Pria berkaos biru alias Jason itu semakin mendekatiku... semakin dekat. Tapi tapi kok dia melewatiku. Ohhh, syukurlah. Buru-buru kulipat kertas yang bertuliskan Jason. Dan aku mulai beranjak dari tempatku berdiri. Baru saja aku berbalik badan, sebuah tangan memegang bahuku.
"Manda?"
Mendengar namaku dipanggil aku menoleh. Sesosok pria tampan tertangkap oleh mataku. Wajah ganteng yang sangat mirip bintang sepak bola idolaku Michael Owen berada di hadapanku.
"Jason?" kataku kemudian
"Yes, i am" katanya kemudian.
Aku kemudian menjabat tangannya. Gembira bukan kepalang karena ternyata Jason bukan seorang penipu.
"Hai, kenapa kamu berkaos hijau bukan biru?"
"Maafkan aku Manda. Bukannya aku ingkar janji. Sewaktu di pesawat tadi, ada penumpang di sebelahku yang mabuk perjalanan dan muntah mengotori kaosku. Terpaksa aku berganti kaos. Untung aku selalu bawa kaos di tas yang kubawa di kabin," kata Jason menjelaskan. Asal tahu saja Jason sangat fasih berbahasa Indonesia. Karena dia mantan pengajar kursus English di Indonesia.
"Ah sudahlah." kataku kemudian mengkode dia untuk mengikutiku.
Sepanjang perjalanan dari Solo ke Sragen aku menceritakan kejadian di bandara tadi. Jason tertawa terbahak-bahak sehingga terlihat gigi putihnya yang sangat bersih. Sebenarnya aku malu, tapi mungkin akan menjadi cerita yang akan kami kenang berdua.
***
"Jason, inilah rumahku," kataku setiba kami di rumah. Orang tuaku akhirnya mengijinkan Jason menginap di rumah kami. Kebetulan ada kamar kosong bekas kakakku yang sekarang sudah berumah tangga dan tinggal di Surabaya.
Kulihat Jason terpana memandang rumahku. Entah kagum atau memang tidak pernah melihat rumah seperti rumahku di London. Rumahku memang berbeda dengan rumah kebanyakan di sekitarku. Karena rumahku termasuk rumah dengan arsitektur yang klasik, maklum rumah warisan dari mendiang kakek buyut.
Rumah Joglo khas jawa dengan halaman yang luas. Joglo ini ada di depan dan mirip sekali dengan "pendapa" atau seperti tempat pertemuan di kelurahan dengan alas keramik kuno. Di samping di joglo terdapat gamelan yang sering dipakai latihan pada saat hari "Wage" (salah satu nama hari orang jawa). Sehingga nama kelompok gamelan tersebut adalah Langen sekar Wage.
Rumah utama yang kami tinggali ada di belakang joglo tersebut. Aku menyentuh bahu kokoh Jason, membuyarkan keterpanaannya. Jason kuajak masuk ke rumah. Karena sudah malam orangtuaku sudah beristirahat. Aku kemudian mempersilahkan Jason ke kamar tidurnya, mempersilahkan bersih-bersih lalu istirahat. kami sudah makan di daerah Palur saat perjalanan ke Sragen.
"Sampai besok Jason, have nice dreams," kataku kemudian.
"Thank you," kata Jason sambil menutup pintu kamarnya.
***
Keesokan harinya setelah sarapan, pamit kepada orangtuaku kami berangkat ke Kubah Sangiran. Sangiran sendiri terletak di desa Krikilan kecamatan Kalijambe. Kurang lebih 40 km dari rumahku. Rumahku ada di daerah Sragen kota. Di Sangiran Dome ini menyimpan puluhan ribu fosil dari jaman pleitocen atau kira-kira 2 juta tahun yang lalu. Fosil-fosil purba ini merupakan 65% fosil hominid purba di Indonesia dan 50% di seluruh dunia. Sebagai warga Sragen aku sungguh berbangga karena Sangiran Dome ini menjadi salah satu World Heritage List (Warisan Budaya Dunia).
Museum Sangiran ini memiliki fasilitas-fasilitas diantaranya ruang pameran (fosil manusia, binatang purba), laboratorium, gudang fosil, ruang slide dan kios-kios souvenir khas Sangiran. Kulihat Jason sangat menikmati setiap sudut museum yang dijelaskan secara gamblang oleh pemandu. Sesekali dia bertanya dengan bahasa Indonesia yang fasih. Aku tersenyum sendiri, orang luar negeri saja bisa berbahasa Indonesia dengan baik, tapi anak bangsa sendiri lebih menyukai bahasa alay. Ohhh.
"Jason, berhenti berdiri di situ ya.." Ada satu sisi di Museum Sangiran ini yang menggambarkan teori Darwin tentang evolusi manusia. Gambar tempat manusia, dimana evolusi itu berakhir sengaja dibiarkan kosong. Biasanya pengunjung memanfaatkan gambar ini untuk mengabadikan diri sekaligus menyatakan diri sebagai evolusi kera. Hahahaha
Jason kemudian berpose sesuai dengan pose-pose bentuk evolusi sebelumnya. Wajahnya terlihat lucu, dan aku tertawa-terbahak-bahak. Jason pun ikut tertawa. Kami mengakhiri hari itu dengan kebahagiaan. Terima kasih Tuhan. Sebelum pulang Jason membeli souvenir berupa replika kapak batu jaman purba dan kalung dari bebatuan yang indah.
***
Destinasi wisata berikutnya adalah Larab Langse. Seperti pagi sebelumnya sebelum berangkat kami berpamitan kepada orang tuaku. Sekilas kuperhatikan baru kenal 2 hari Jason sudah akrab dengan orang tuaku. Malah semalam sempat belajar gamelan dengan bapak dan grup Langen Sekar Wage.
Hari itu kebetulan hari ini adalah 1 Suro jadi akan ada Larap Langse di Gunung Kemukus. Larap langse atau larap selambu sendiri adalah ritual yang diadakan setiap Suro, bulan pertama penanggalan Jawa. Pada hari kamis di pekan pertama bulan Suro digelar tradisi pencucian kain penutup makam pangeran Samudro. Ritual ini dipercaya memberi berkah bagi pengunjung yang memanfaatkan air bekas cucian selambu dan potongan kain selambunya.
Obyek wisata Gunung Kemukus sendiri terletak di desa Pendem Kecamatan Sumberlawang Sragen. Jarak untuk mencapai gunung kemukus bisa dicapai dengan kendaraan pibadi dan umum. Karena jalan mendaki hari ini aku memakai mobil Fortuner bapak. Dari kota Sragen menuju Gunung Kemukus sekitar 34 km ke arah utara dan ditempuh selama sekitar 45 menit. Rute kami Sragen-Pungkruk/Sidoharjo-Tanon-Sumberlawang/gemolong-Gunung Kemukus.
Setiba di Gunung Kemukus hawa sejuk menyergap kulit kami. tentu saja, karena Gunung Kemukus ini treletak di ketinggian 300 meter di atas permukaan laut. Rupanya ritual Larap slambu sedang berlangsung di bangunan utama yang berbentuk joglo dengan dinding batu bata dan bagian atasnya kayu papan itu. Terlihat banyak orang berpakaian adat jawa. Melihat cara berpakaiannya mereka adalah bangsawan Kraton Surakarta. Juga terlihat para prajurit berpakaian khas kraton kuno di setiap sudut Kemukus. Wisatawan dengan kamera masing-masing mengerumuni ritual tersebut dengan tertib. Sehingga mudah bagi kami untuk mendekat. Nuansa tradisional jawa sangat terasa pada ritual ini. Setelah selambu dicuci air bekas cucian dibagikan kepada pengunjung yang berkenan mengambilnya. Aku dan Jason hanya memandangi tanpa bergerak untuk ikut mengambilnya.
Di Gunung Kemukus ini Jason memanjatkan doanya. Memang dipercaya jika berdoa di sini apa yang diinginkannya terkabul. Jelas memang harus berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa tentunya.
"Apa yang tadi kamu doakan dan harapkan Jason?" tanyaku setelah Jason selesai berdoa.
"Hmm, aku sedang meminta sesuatu yang penting dalam hidupku."
"Boleh tahu?" tanyaku penasaran.
"Teman eh pasangan hidup," jawab Jason kemudian. "Dan aku sudah menemukannya, aku harap dia mau menerima.."
Deg. Ada sesuatu yang terasa tidak enak di dadaku. Rasa perih. Entahlah aku tidak tahu
"Kamu kenapa Manda?" tanya Jason melihatku meringis kesakitan.
"Tidak, tidak apa-apa. Ayo kita pulang saja."
Kamipun beranjak dan menuju mobil. Sepanjang perjalanan pulang aku diam. pikiranku berkecamuk dengan isi doa Jason tadi. Pasangan hidup, oh rupanya Jason sudah punya.
Hei, kenapa aku ini? cemburu? Pacar bukan pasangan juga bukan. Kenapa harus cemburu? Ah sudahlah aku ingin melupakan rasa cemburu ini. Aku memang tidak layak memiliki rasa itu. Sangat tidak layak.
(bersambung)
Lihat kelanjutannya atau bagian 3 : Kurengkuh Cinta
NB : Untuk membaca karya peserta lain silahkan menuju akun Fiksiana Community dihttp://www.kompasiana.com/androgini
Silahkan bergabung di group FB Fiksiana Community di (https://www.facebook.com/groups/175201439229892/)