Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Hari Sabtu, Benarkah Hari "Lecek"?

8 Agustus 2020   15:20 Diperbarui: 8 Agustus 2020   16:38 169 3
Dalam tulisan ini  saya tidak 'terlalu' mengacu pada study kepustakaan melainkan beberapa tutur yang saya dengar dari orang-orang sepuh di beberapa kampung tempat kelahiran saya,kecuali yang berkaitan dengan teori sufisme.Dalam beberapa kesempatan saya kerap mendapat larangan dari orang-orang tertentu untuk tidak melakukan transaksi apa-pun di hari sabtu,baik itu jual beli,utang piutang atau melakukan kunjungan ke orang-orang yang memiliki kewaskitaan.Ada dua hari sebetulnya yang sangat di titik beratkan yaitu hari Sabtu dan hari selasa.Umum di masyarakat jawa dan madura khususnya di kampung saya yang pendalungan bahwa kedua hari tersebut memiliki nuansa yang dalam istilah populer di kampung saya disebut hari 'lecek'.

Apa itu 'lecek'...? Dan apa itu pendalungan?

'Lecek' adalah bahasa madura yang memiliki kesamaan arti dengan 'tipu',hari yang dipercaya memiliki banyak tipu daya.Oleh karena alasan inilah banyak aktifitas yang dinilai penting tidak akan diawali atau dilakukan pada hari tersebut.Bagi mereka yang percaya bukan tidak mungkin berurusan pada ke dua hari tersebut tidak memiliki titik temu atau 'bulet',bahasa jawa yang menggambarkan keruwetan.Sedang kata 'pendalungan' memiliki arti berpadunya antara jawa dan madura secara suku dan budaya.

Kita tahu Masyarakat jawa dan madura masih kuat memegang tradisi leluhur terkait hari dan waktu.Primbon tetap eksis di tengah-tengah masyarakat meski pola hidup sudah modern.Masyarakat sadar penuh ada hal-hal esensial dalam tradisi kuno yang tak bisa diganti oleh pola hidup modern.

Kesadaran ini yang membuat disetiap generasi selalu ada yang berminat menghidupkan dan mempelajarinya sehingga  ajaran leluhur tentang persoalan ini terus bersambung di setiap generasi.

Lalu muncul pertaanyaan di benak saya,benarkah demikian ? Benarkah hari sabtu dan selasa itu adalah hari 'lecek'?Lalu saya melakukan study beberapa primbon pemberian orang sepuh...Dalam primbon tersebut semua hari sama,sama sama memiliki jam-jam keberuntungan dan jam-jam sengkala atau apes dan tidak disebutkan adanya hari sabtu dan selasa sebagai hari larangan.

Hingga pada suatu waktu tanpa disangka pertanyaan itu mulai terjawab ketika tanpa sengaja bertepatan pada hari sabtu saya berkunjung pada salah seorang yang menurut saya punya kewaskitaan dan pandangan batin yang tembus,pernyataan ini bukan tanpa dasar karena saya sendiri menyaksikan secara langsung bagaimana beliau berbicara mendahului 'krettek' batin saya...dan bahkan beliau bercerita tentang mimpi yang saya alami tanpa pernah saya menceritakan,itulah salah satu kelebihan beliau sehingga saya menyebutnya orang waskita.

Dalam pertemuan itu pembicaraan demi pembicaraan berlangsung,detik,menit dan jam pun terus bergulir tanpa terasa,tapi tidak ada titik temu yang bisa disimpulkan,bulet,ruwet dan entahlah tak tau kenapa,hingga akhirnya beliau bertanya apakah sekarang hari sabtu..? Saya pun menimpali iya benar,kenapa,ada apa dengan hari sabtu ?meskipun saya tahu bahwa beliau bertanya tentang hari bukan berarti beliau tidak tahu,melainkan sekedar 'memprovokasi' suasana.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun