Berkira apaa pada diri seorang manusia yang berkisah. Menentukan hal kecil yang seharusnya ia abaikan beberapa tahun kedepan, tapi tak mungkin lah seorang laki-laki mengakui dirinya sebagai makhluk yang tak serius untuk membicarakan itu dengan hatinya sendiri.
"Jeprett...." Dalam sekejap cahaya itu berpendar melaju dengan kecepatan tinggi ke arah aku dan kamu. Jelas, itu membuat aku tau bahwa kita sedang berabadi sesaat.
Dalam hati, aku berdoa "Terima kasih tuhan kau telah memberikan sekat kecil diantara kami" Beberapa meter yang itu adalah tempat aku berkhayal, dapat menggambarkan jelas bagaimana masa depanku kelak. Jelas yang samar namun seorang laki-laki harus tetap optimis bahwa itu adalah kejelasan masa depannya.
Kau di sisi kananku, dan tiba-tiba ...
"Jepret...." Sebuah kilat lewat dimalam persandingan kita. Kondisi awal mimpiku bahwa sudah tidak ada lagi sekat yang mengharuskan aku dan kamu saling berungkuran. Sekat itu hilang, tidak ada lagi saling diam dan saling bermimpi Karena pada saat itu kita dapat bermimpi bersama, menciptakan bersama-sama apaa yang telah dijanjikan pada hari sakral itu. Aku akan menjagamu dan pula kau akan menjadi shalihah yang baik hatinya mendampingi sepanjang waktu.
Kembali kelamunanku, seandainya memegang tanganmu adalah hal yang berpahala bagiku. Mengecup bibirmu adalah suatu catatan kebaikan bagi kita berdua dan menjalin kasih sayang adalah motto yang masih kita pegang teguh untuk meneladani nabi besar dalam agama kita. Tentu itu adalah angan-angan besar yang semua orang rencanakan dalam hidupnya.
Sekat yang tak samar
Ku kabar dirimu bahwa ini adalah malam, sudah pagi malah. Itu ialah ketika aku tak mampu lagi membiaskan yang samar ini. Dan lambat menit semakin jelas. Yahh,,,, sekat yang masih ada.
Tercipta,
Wahyu
Jepang pakis, pada tahun kita telah menjadi dewasa