Kurikulum pembelajaran program studi (prodi) merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam menghasilkan lulusan-lulusan yang siap dalam menghadapi perkembangan dunia kedepannya, untuk itu kurikulum haruslah adaptif mengikuti dinamika perubahan yang terjadi. Demikian halnya dengan perubahan arah kebijakan pendidikan perguruan tinggi di Indonesia, yang berubah arah pola pikir dari pendekatan kurikulum berbasis konten yang kaku menjadi kurikulum berbasis capaian pembelajaran yang adaptif dan fleksibel untuk menyiapkan mahasiswa menjadi insan dewasa yang mampu berdikari. Pengembangan kurikulum dalam konsep Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), dibutuhakan kerjasama tidak saja antar prodi, fakultas, universitas bahkan kerjasama antar lembaga pemerintah maupun non pemerintah serta unit kerja yang lebih luaspun dibutuhkan, untuk membuka ruang seluas-luasnya bagi mahasiswa dalam menggali ilmu pengetahuan melalui pengalaman-pengalaman belajar, membangun jaringan, sekaligus meng-eksplore minat dan bakat mereka. Metode ini diharapkan dapat membantu mempercepat pembentukan karakter mahasiswa yang kuat, mampu memecahkan masalah dilapangan dan kritis terhadap persoalan[1]persoalan yang terjadi di lingkungannya. Salah satu program pengembangan kurikulum dalam konsep Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) adalah magang. Di jaman saat ini magang bukan lah suatu hal yang asing di dunia mahasiwa terutama mahasiswa semester akhir di beberapa universitas magang merupakan langkah yang wajib ditempuh sebelum mengajukan skripsi. Hal ini dikarenakan tuntutan di dunia kerja semakin tinggi, seorang fresh graduate pada saat ini dituntut untuk memiliki kemampuan kerja yang unggul sehingga magang menjadi sangat penting untuk kedepannya.
KEMBALI KE ARTIKEL