Sebuah kota yang indah dan begitu bersih itulah tanggapan awalku saat pertama kali aku menginjakkan kaki ditanah Kalimantan khususnya kota Balikpapan. jika didaerah lain angkutan kota hanya menjadi sebuah alat transportasi berbayar maka beda pula angkutan kota yang ada dikalimantan, dimana angkutan kota disana di desain sedemikian rupa hingga tampak begitu menarik untuk ditumpangi, dan masih banyak lagi hal-hal menarik dari kota ini yang jarang saya temukan di kota lain. namun ada satu hal yang ironis dari kota ini. seperti biasa penampilanku layaknya mahasiswa MAPALA aku berjalan mengitari kota, jika di kota Makassar (karna saya kuliah di Makassar), setiap orang yang melihat penampilan saya pasti langsung menanyakan, saya MAPALA darimana atau setidaknya kuliah dimana. namun di kota balikpapan setiap kali aku bertemu dengan orang-orang mayoritas pertanyaan mereka berbeda, mereka selalu menanyaka saya kerja dimana. hal ini menbuat saya bertanya-tanya apakah disini memang jarang mahasiswanya?
Setelah saya tinggal beberapa hari baru saya tahu bahwa mayoritas pemuda di Balikpapan hanya menamatkan pendidikan mereka sebatas bangku SMA atau lebih tepatnya SMK lalu melamar pekerjaan. sehingga budaya membaca bagi kawan-kawan yang ada dikalimantan sangatlah kurang karena umumnya mereka disibukkan dengan pekerjaan. padahal jika budaya membaca sudah hilang dari jiwa kaum muda sekarang maka tenggelamlah sebuah harapan untuk generasi bangsa yang perduli akan tatanan negeri ini.
hingga akhirnya saya simpulkan seperti ini:
Pare, Kediri : kursus dimana?
Makassar    : Kuliah dimana?
Balikpapan  : Kerja dimana?
ya, beda tempat beda pertanyaan.
KEMBALI KE ARTIKEL