Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Ruang Tamu

25 September 2011   17:39 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:37 69 0
Mari masuk Dan duduk Bebaskan aku dari khayal-khayal yang menggantung di langit-langit. Mengganggu. Biarkanlah aku bercerita. Dengarkah kau? Sebab aku tahu perbedaan makhluk-makhluk itu. Yang katamu adalah makhluk yang sama. Dan tertawa kau, sementara hatimu mengharap hal sebaliknya. Coba jelaskan tawamu yang tak bisa kupahami hingga kini. Kenapa mereka lari dan kau mempersilahkan aku masuk ke sini? Mari minum Seteguk untuk biarkan lidah kita mengecap sesuatu Bertahun sudah terlewati. Menghasilkan memori. Nama-nama, tempat-tempat, tanggal-tanggal, senja-senja, luka-luka. Usang. Sebab terperangkap kita pada jalinan kusut itu. Bagai bocah berlarian berputar. Mungkin hanya pesona. Ah, memang hanya pesona ketika malam tiba. Dan di pagi hari, lain episode kita buat. Mari menghela napas Sejenak Di atas kertas kita buat rencana, untuk singkirkan jebakan-jebakan konyol. Tentukan pilihan. Sanggupkah kita ? .... Pada satu, dua, tiga, empat, rencanakan pertemuan kita kembali. Sejatinya bukan itu yang kita inginkan. Menambah satu lagi pertanyaan. Dan pernyataan untuk mereka semua. Karena tidak akan cukup satu penjelasan atas ketidakpuasan. Mari menghitung waktu Detik-detik Sempurna itu tiada. Juga tidak pada kecupan di pipi. Pada reuni yang kita tunggu. Memang benar katamu, mereka adalah makhluk yang sama. Mengira bisa mengobati luka di hatiku. Seperti juga luka di hatimu. Waktu akan membawa jawabannya, tak cepat, tak lambat. Hanya seperti biasa. Karena hati bisa pecah, sementara waktu bertahan lebih lama. Tolong ambilkan lagi minum Untukku Pada siklus ini kita berputar. Tidak usah bertanya, kapan? Karena doamu dan doaku akan terjawab disini. Ketika ada suara-suara di latar percakapan kita, dan mimpi menjadi sempurna. Aku masih ingin berada di ruang tamu ini saat pagi membuncah...

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun