Martono hanya mendapat jatah libur sekali dalam seminggu. Waktunya pun tidak selalu pada hari Minggu, saat orang-orang libur. Itulah mengapa ia tidak banyak mengenal akhir pekan. Apalagi ucapan
happy weekend. Hari libur bagi orang-orang macam Martono tak lebih dari sekedar hari jeda. Paling-paling habis untuk bersantai sepanjang hari di rumah. Belum lagi jika ada transisi
shift setelah libur. Jika dari
shift pagi ke
shift siang, ia masih berani begadang di warkop dekat rumahnya sambil bermain karambol. Tentu ditambah hukuman coretan
blau cuci di wajah bagi yang kalah, agar tawa bisa lebih lepas. Lain halnya jika dari
shift siang sebelum libur menjadi
shift pagi setelah libur.
KEMBALI KE ARTIKEL