Gilang, panggilan akrabnya belum lama berada di rumah tahfidz. Ia baru saja bergabung dengan Rumah Tahfidz Ali Obad Bahajaj sejak sebulan terakhir.
Meski terbilang baru, ia tak canggung bergaul dan bercengkerama dengan santri-santri lainnya. Terlebih secara usia dan postur tubuh, Gilang termasuk santri terkecil di rumah tahfidz tersebut.
Anak kedua dari empat bersaudara itu sudah lama ditinggalkan oleh sang ayah. Ia mengaku, ayahnya meninggal dunia saat dirinya masih kecil. Sehingga, ia pun tak mengingat wajah dan saat-saat indah bersama ayahnya. Bahkan hingga saat ini ia mengaku belum pernah melihat wajah ayahnya meski dari foto.
Sepeninggal ayahnya, sang ibulah yang kemudian berperan menjadi kepala keluarga sekaligus menjadi tulang punggung keluarga. Kini ibunya bekerja menjadi pedagang otak-otak. Hasil dari berjualan otak-otak itulah yang digunakan ibunya untuk menghidupi Gilang dan saudara-saudaranya.
"Ayah saya sudah meninggal dunia saat saya masih kecil, sekarang ibu jadi jualan otak-otak," tuturnya.
Gilang yang kini baru memulai menghafal sudah berhasil mengantongi juz 30. Ia ingin sekali menjadi hafidz Qur'an karena berharap dapat mengangkat derajat orang tuanya, tak hanya di dunia namun juga di akhirat.