Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik

Koruptor Sebagai Gelar Keberhasilan Pendidikan dan Kesarjanaan

28 April 2010   05:16 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:32 118 0
Korupsi, yang ternyata telah menjadi tren dan sekaligus menjadi model di hampir semua instansi di-indonesia tercinta dan hampir semua sektor saat ini, tampaknya perlu dilestarikan, dan di legalisasikan sebagai bagian dari asset nasional. bangsa dan negara. dan kalau perlu dibuat fakultas dan jurusan pada kesarjanaan.

(sebelum saya lanjutkan kepada saudara dan teman-teman kompasianer saya mohon maaf, karena akses yang pertama kami salah font (terkorupsi), sehingga tidak bisa dibaca, (di di layar komputer kami), sehingga atas kekhilafan ini, dan kesalahan ini, saya publish ulang. kepada manajemen kompasiana saya mohon maaf). inilah koruptor waktu dan tulisan.

saya lanjutkan, Kemampuan mensiasati, menstrategikan regulasi dan perundangan yang macam-macam jenis dan bentuknya, untuk tetap mendapat bagian perhatian dan dapat di formalkan supaya mendapat gelas KORUPTOR. Betapa bangganya mereka.

Kita liat di teleisi, mereka yang di proses mulai sebagai saksi sampai suatu saat benar-benar sah mendapat anugerah gelar "KORUPTOR", dengan senyum manis dan melambai-lambai tangan, tanda kebanggaan telah mendapat gelar.

Mungkin sudah saatnya diformalkan saja, sehingga korupsi tidak lagi diperdebatkan. Buat pendidikan dengan kompetensi sebagai korupsi dan di bukak fakultas kelas korupsi.

Kampus atau uniersitas tersebut akan membuat kurikulum, strategi korupsi dari yang peling sederhana sampai yang high level, kalau perlu buat S2 dan S3 nya. Buat pola-pola dan strategi cuci uang, wajib membuat majlis taklim, wajib ngamal. Percaya deeh indonesia pasti akan banyak yang cumloud.

Sebab ternyata mereka yang telah di sahkan sebagai koruptor tersebut, mereka rata-rata memiliki tingkat bersosial yang tinggi. Membangun tempat ibadah, membuat majlis pengajian, menyantuni fakir-miskin, membantu yatim piatu. Berarti kemampuan mereka berhubungan dengan malaikatnya Tuhan sudah luar biasa, sampai-sampai malaikatpun (maunya) disogok, apa enggak hebat bangsa ini.

Kita sejak sekolah dasar telah di beri pembelajaran yang mengarah sebagai koruptor kok dan kenapa setelah berhasil sebagai koruptor kok teriak-teriak, apa iri karena tidak dapat gelar koruptor, sebab yang dikorupsi hanya kecil. Kalaupun didaulat menjadi koruptorpun biayanya tidak imbang bahasa jawannya tidak nyucuk.

Perhatikan saat kita kalah rangking dengan teman kita sekelas, dimarahi wali kelas, "eh kamu bolang...kok nilai kamu merosot, kok kamu dikalahkan oleh si beling". Sampai rumah orang tua ikut-ikut, "eh..kamu nilainya kok semakin jemblok, malu..kan sama anak tetangga. Tetangganya juga mengolok, "he...akhirnya kamu ketahuan aslinya, yang penting itu nilai bagus ndak usah berpikir dari mana asalnya. Belum masalah uang saku sekolah.

APALAGI SAAT UNAS, merupakan pembelajaran yang terefektif dan ter-efisien, dalam membuat, merencanakan sebagai program strategis dan program berjangka. Bagaimana membuat strategi, membuat methode, membuat pola-pola kerjasama, tanpa Mou. Jujur, ikhlas, komitmen apapun istilah-istilah humanis lainnya harus ditanggalkan. Guna efisensi dan efektifitas ketercapaian kompetensi dan kompetitif.

Bagaimana saudara-saudaraku KOMPESINER yang berbahagia apa perlu kita hentikan hal yang dapat meningkatkan kompetensi in the word dan mendunia ini. Dan merupakan bagian dari pembelajaran buka-bukaan, pornogrfi yang perlu dilestarikan!!!!!!!

Da'a tanjung

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun