Bahunya bergetar hebat dengan wajah yang ia tutupi dengan kedua tangannya. Air mata terus mengalir deras tak bisa ia bendung. Kini ia tengah meratapi nasibnya seorang diri. Kamarnya telah hancur lebur sebagai pelampiasannya.
“Ma, Mama kemana? Ece butuh mama.” Racaunya tak jelas.
Dua tahun silam setelah Ayahnya meninggal, Mamanya memutuskan untuk melanjutkan bisnis Ayahnya di salah satu perusahaan yang ada di luar negeri. Semenjak itu ia tak pernah melihat bahkan mendapatkan kabar dari Mamanya. Kehidupannya memang tercukupi namun dibalik itu ia sangat membutuhkan sosok Mama yang bisa menenangkannya saat ia rapuh seperti sekarang bukan malah menghilang.
“Ayah haruskah Ece berjuang di medan berbahaya ini sendiri? atau menyerah untuk menyusul ayah, Ece takut yaahh.” Teriaknya lagi di dalam kamar.