Team analisa dari University of Alberta, Kanada, lakukan riset pada tikus dengan pradiabetes. Keterkaitan tikus diinginkan dapat membuat riset lebih termonitor di laboratorium.
"Arah kami ialah memperbandingkan bagaimana mengonsumsi keju yang lemaknya diperkecil serta keju yang lemaknya biasa bisa merubah resistensi insulin," catat Profesor Catherine Chan dari University of Alberta dalam situs The Conversation.
Resistensi insulin ialah keadaan yang umum berlangsung pada pasien obesitas. Diluar itu, resistensi insulin berlangsung sebab unsur umur.
Resistensi insulin menyebabkan kandungan gula darah tinggi dan tingkatkan efek penyakit kardiovaskular serta diabetes type 2.
Beberapa tikus digolongkan jadi tiga barisan, salah satunya mereka yang diet lemak babi, mereka yang diet lemak babi serta kurangi lemak keju cedar, dan barisan diet lemak babi serta dikasih konsumsi keju cedar biasa. Tikus dikasih makan dengan skema semasing sepanjang lebih dari delapan minggu.
Hasilnya, baik tikus yang dikasih makan keju minim lemak serta keju biasa saling alami penurunan resistensi insulin.
Dari riset itu, didapati jika unsur pemicu bukan datang dari jumlahnya lemak, tetapi kandungan lain seperti kalsium dan protein.
"Dalam studi, kami lihat bagaimana metabolisme dalam darah beralih sesudah tikus dikasih makan keju serta temukan dampak sama baik pada keju minim lemak serta keju biasa," catat Chan.
Pergantian ini berlangsung karena type molekul bernama phospholipid. Bila phospholipid rendah, diabetes serta resistensi insulin akan muncul. Tikus yang tidak konsumsi keju alami penurunan phospholipid. Kandungan phospolipid bergerak normal waktu tikus konsumsi keju.
"Kami sedang ke arah analisa untuk mengerti bagaimana keju mengendalikan metabolisme phospholipid serta bagaimana ini terkait dengan resistensi insulin," paparnya.