Reuni memang bukan barang baru. Ketika aku baru masuk SMA, aku ingat ada satu reuni besar alumni SMA dimana waktu itu aku sekolah. Aku juga ingat, bulan puasa merupakan salah satu waktu dimana banyak kegiatan kumpul-kumpul seperti itu dilakukan –sambil berbuka puasa tentunya.
Beberapa bulan terakhir, wacana yang biasanya berakhir dengan undangan reuni terus berdatangan. Reuni SMP terjadi berselang sebulan sebelum reuni SMA angkatanku berlangsung. Reuni SD baru saja terjadi di tahun lalu.
Sebagian besar reuni memang mengambil waktu hari Sabtu atau Minggu, bukan hari kerja. Sayang sekali, terkadang aku berada di luar kota pada hari tersebut, atau ada pekerjaan yang baru diberikan Jumat sore untuk diserahkan Senin pagi.
Tetapi alasan terbesarku ketika tidak bisa datang ke sebuah acara reuni adalah aku tidak terlalu menikmati pertemuan skala besar sampai ratusan orang, misalnya. Aku tidak menyanggah bahwa pertemuan seperti itu bisa membuat aku bertemu teman-teman lama. Acara seperti itu jadi momen pas untuk bernostalgia dan terutama ujung-ujungnya adalah mengetahui kabar terbaru dari teman-teman lama. Coba deh bayangkan, kalau bukan pada waktu reuni, kapan lagi kita bisa bertemu sekian banyak teman lama?
Kalau pertanyaan itu ditanyakan kepadaku, aku akan jawab bahwa kita bisa berrtemu teman lama kapanpun! Aku memang patut bersyukur bahwa sampai saat ini aku masih bertukar kabar dengan satu dan dua kawan dari SD dan SMP, masih cukup sering bertemu dengan teman-teman dekatku di SMA, dan setiap ada kesempatan aku masih makan bareng dengan teman-teman kuliahku. Teman kuliah dari satu jurusan umumnya masih bergerak di lingkungan kerja yang mirip. Aku juga masih tahu kabar teman-teman kuliah bukan dari satu jurusan tetapi dari satu unit kegiatan mahasiswa, aku bahkan masih menghabiskan liburan panjang bersama mereka.
Facebook membuat aku mengetahui kabar sebagian besar teman yang hampir hilang kontak. Hampir, karena tokh akhirnya aku bertemu kembali di Facebook. Tetapi itu hanya salah satu media. Dengan sebagian besar teman dekat, aku masih berhubungan dengan cukup baik. Jika mereka ada di kota yang sama atau berdekatan, aku dan mereka masih bertemu sekedar untuk minum kopi atau makan baso. Jika mereka ada di luar Indonesia, ada YM, email dan sms yang membuat aku masih mengetahui kabar mereka, tokh?
Aku mungkin sedikit dari yang beruntung masih bisa punya komunikasi dengan teman-teman di masa lalu. Ehm, ralat. Teman-teman yang aku kenal karena berrsekolah di tempat yang sama itu jelas bukan teman di masa lalu, karena mereka masih teman-temanku hingga saat ini, masa sekarang.
Aku mungkin kalangan minoritas yang lebih memilih pertemuan kecil dengan beberapa teman, tanpa embel-embel reuni. Bertemu ketika kami berhasil memilih waktu dimana kami bisa bertemu, bercerita tentang apapun yang kami hadapi di masa sekarang. Obrolan nostalgia penuh kenangan memang pasti muncul, tetapi itu tidak terbatas pada masa sekolah dan itu tidak selalu harus jadi agenda utama. Memang tidak bisa seminggu sekali, bahkan sebulan sekali pun belum tentu, tapi yang pasti kami masih bisa bertemu setiap waktu memungkinkan. Ritme bertemu seperti sekarang, walaupun kurang, sudah cukup bagiku.