Seperti yang kita ketahui nama Allah adalah Wahyu-Nya sendiri. Nama Allah adalah petunjukan atas diri -Nya, bukan sebagaimana Ia menyatakan diri-Nya terutama dalam hubungannya dengan manusia. Hanya karena Allah mengungkapkan diri-Nya sendiri dalam nama-Nya (
nomen editum) maka kita dapat menyebut Dia dengan nama dari berbagai bentuk (
nomima indita). Nama-nama Allah bukanlah penemuan manusia, tetapi asli pada hubungan manusiawi. Seperti yang kita ketahui bahwa Allah adalah Ia yang tak dapat sepenuhnya di pahami, yang di tinggikan secara tidak terbatas di atas segala sesuatu yang terbatas dan menjadi seolah-olah sama dengan manusia. Dalam hal ini terdapat beberapa hal yang harus kita ketahui tentang pembagian nama Allah pada Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru:
KEMBALI KE ARTIKEL