Tiba-tiba tubuhku lemas dan aku terasa di dunia lain. Masih menggenggam handphone aku mencoba duduk tenang. Sejurus kemudian aku sudah ada di mobil, meneguk air mineral, sambil mencoba tetap tenang. Mobil lari seperti tak terkendali. Masuk gerbang rumah langsung kutinggalkan begitu saja sambil mulutku teriak
"Ma... siap-siap. Ke rumah eyang! Sekarang!"
Istriku terpana menatapku yang seperti kesetanan.
"Sebentar, Pa. Ada ...."
"Pokoknya, sekarang siap-siap. Bawa baju secukupnya, cepet, nggak usah make up, bawa sekalian baju Kinaya."
Aya, istriku hanya menghela nafas panjang dan mengikuti printahku tanpa bertanya apa-apa. Di jalan aku tidak bicara sepatah kata pun. Setelah jemput anak di sekolahnya dengan alasan mau takziah ke sodara dekat, aku memacu mobil kencang ke rumah ibu.
Di rumah ibu, beliau memelukku sambil bercucuran air mata. Lingkar mata tua itu membengkak kemerahan karena lama meneteskan air mata.
"Berangkat sekarang, Bu?"
Tanyaku. Ibu mengangguk lemah sambil gentian memeluk kepala anak ku. Aya, sitriku hanya diam sambil sibuk membantu ayah memasukkan tas kecil ibu ke mobil. Kami semua hanya diam di jalan. Ayah yang duduk di sampingku hanya berpesan singkat
"Nyetir yang tenang, Sab. Jangan ngebut, yang penting sampai tempat selamat."
Aku hanya mengangguk lemah sambil menahan air mata yang hampir keluar sejak tadi. Hatiku tiba-tiba hampa. Mbok Yem. Ibuku kedua yang sekarang sudah diambil Nya. Mendahului ku yang akan pulang menengoknya lebaran nanti.
Desa Mbok Yem yang katanya jauhnya minta ampun, sekarang terasa lebih jauh lagi. Mobil seperti enggan sampai lokasi padahal waktu bergerak cepat. Pagi yang merayap siang, sekarang mulai memerah memasuki senja. Sebentar lagi malam akan membuka kegelapannya. Sementara rumah Mbok Yem masih lumayan jauh.
"Satu jam lagi sampai, Sab. Nggak makan dulu?"
Tawar Ayah setelah kami istirahat sholat maghrib sebelum memulai perjalanan kembali.
"Nanti saja, Yah."
"Pikirin Aya. Ibu, sama Kinaya."
Aku menggeleng pelan. Sampai lupa membawa 3 perempuan di mobil seharian ini.
"Ibu nggak lapar, Yah. Aya saja sama Kinaya ayo makan dulu."
Aya tersenyum dan menggeleng pelan
"Aya sudah bawa roti , Bu. Ini kita makan sama-sama. Kinaya sudah ngemil dari tadi. Nanti saja, yang penting segera sampai."
Aku menyusul orang-orang naik mobil sambil tetap belum percaya.