[caption id="attachment_270350" align="alignleft" width="200" caption="Nurdin Halid / Goal.com"][/caption] Berita soal reaksi Nurdin Halid selaku ketua umum PSSI terhadap rencana digelarnya Liga Premier Indonesia (LPI), membuat dahi sedikit berkerut. Di
berita itu disebutkan kalau PSSI akan mencoret setiap klub yang terlibat dalam gelaran kompetisi LPI dari keanggotaan PSSI. Itu sungguh reaksi yang aneh. Mengapa sebuah klub yang terlibat dalam kompetisi bisa dicoret dari keanggotaan PSSI? Apakah memang ada aturan seperti itu? Bila itu benar terjadi maka
klub-klub yang dikabarkan terlibat dengan kompetisi LPI yaitu, PSM Makassar, Semen Padang, Persebaya Surabaya, Persitara Jakarta Utara, Arema Malang, PSPS Pekanbaru, Persija Jakarta, PSS Sleman, PSMS Medan, Persijap Jepara, Persipura jayapura, PSIS Semarang, Deltras Sidoharjo, Persema Malang, dan Persibo Bojonegoro, terancam tercoret dari keanggotaan PSSI. Tapi bukannya tidak ada hubungan antara mengikuti suatu kompetisi dengan dicoretnya sebuah klub dari daftar anggota PSSI? Aksi mencoret keanggotaan klub terrsebut bakal menjadi blunder bagi PSSI, minimal bisa mendatangkan teguran dari FIFA. Kalaupun ada sanksi, itu bisa berupa denda, dan yang berhak mengajukannya adalah pihak sponsor, dalam hal ini adalah PT Djarum, karena klub yang mangkir dari kompetisi Liga Super, berarti merugikan PT Djarum. Merekalah yang berhak mencak-mencak jika ada klub yang hengkang ke kompetisi lain, bukan PSSI. Mungkin kompetisi LPI tidak akan diakui oleh PSSI, sebab bagi PSSI kompetisi yang sah adalah Superliga Indonesia. Kalau ingin tetap memberi sanksi, maka yang lebih tepat adalah jatah berkompetisi di luar negri, dalam hal ini liga champions asia. Dengan berkompetisi di liga yang tidak resmi, maka juara liga tersebut tidak akan mewakili Indonesia di level Asia. Sepertinya itu sudah cukup menjadi sanksi yang masuk akal. Dibandingkan dengan koar-koar untuk mencoret klub-klub peserta LPI dari PSSI, statement gegabah dan emosional, seperti kebakaran jenggot saja...
KEMBALI KE ARTIKEL