Mohon tunggu...
KOMENTAR
Catatan Pilihan

Contohlah Bupati Malinau Merevolusi Desa

21 November 2014   00:50 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:16 78 0
Buku : Revolusi dari Desa (Saatnya dalam Pembangunan Percaya Sepenuhnya kepada Rakyat)

Penulis : DrYansen TP MSi

Editor : Dodi Mawardi

Penerbit : PT Elex Media Komputindo

ISBN : 978-602-02-5099-1

APA itu revolusi? Mendengar kata revolusi biasanya yang terbayang  adalah peristiwa berdarah-darah. Misalnya kalau kita kaitkan dengan  skala yang lebih makro, yakni revolusi kebudayaan di Cina, revolusi  Perancis, dan revolusi Amerika Serikat.

Dalam konteks lebih mikro, misalnya revolusi prakemerdekaan  Indonesia yang juga menelen jutaan nyawa anak-anak bangsa.

Membaca buku "Revolusi dari Desa" karya Dr Yansen TP MSi, Bupati  Malinau, Kalimantan Utara,  jauh dari bayangan itu. Revolusi yang  dimaksud penulis buku ini, yakni revolusi paradigma atau cara  berfikir, sikap, dan sistem nilai. Bukan dalam artian fisik.

Buku yang merupakan adaptasi dari  kajian doktoralnya  di  Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur, ini dibuka dengan  kalimat  apa itu pembangunan?

Pada  bab l inilah penulis menjabarkan apa itu pengertian  pembangunan dan tantangannya. Masalah kemiskinan, penganguran,  infrastruktur, dan sumber daya manusia dan informasi disinggung di  bab ini. Menurutnya masalah tersebut  tidak akan tuntas jika  ditangani dengan kebijakan yang tidak tepat. Apalagi kebijakan yang  tidak perlu.

Karena itulah, penulis  mengambil langah 'revolusioner' untuk  mengatasi masalah-masalah tersebut. Namun konsep ini tidak akan  berjalan dengan baik tanpa adanya penyatuan daya dan energi serta semangat  meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Adalah konsep "Gerakan Desa Membangun" atau lebih populer disebut GERDEMA yang diterapkan bupati Malinau untuk mensejahterakan masyarakatnya. Menurutnya gerakan ini dicanangkan setelah melalui  perenungan yang panjang dan mendalam.

Sang birokrat tulen ini juga coba menjawab pertanyaan, kenapa  kesejahteraan masyarakat tidak meningkat meski elite lokal dan  birokrat daerah telah bekerja keras, khususnya di desa Kabupaten  Malinau?

Jawabnya karena tidak adanya pelibatan masyarakat dalam  pembangunan. Dalam konteks ini pemerintah mestinya memberikan kepercayaan penuh kepada masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam pembangunan.

Lalu di mana peran pemda? Dalam konsep ini mereka berperan  membimbing, mengarahkan, sekaligus memberi dukungan penuh melalui  segenap potensi sumber daya yang dimiliki, termasuk dukungan  dana.

Nah, poin penting  yang ditegaskan penulis buku ini sebelum  menjalankan GERDEMA: seluruh pemangku kepentingan di Malinau  terlebih dahulu harus memahami  dan mengusai konsep serta implementasi dengan baik; para pelaksana wajib memahami  berbagai  nilai utama sebagai target yang ingin dicapai. Visi menjadi  landasan gerak pembangunan Malinau, dijalankan berdasarkan sebuah konsep yang disertai dengan semangat  yang ideal dan mendasar.

Fokus GERDEMA adalah desa. Karena itulah dibutuhkan kerja keras  dari birokrat untuk mengubah sistem nilai, mindset, dan culture set  dirinya sendiri,  perilaku masyarakat, dan pemangku kepentingan di daerah. Dengan demikian impian mewujudkan kesejahteraan masyarakat makin mudah dicapai.

Ekonomi kreatif

Yang menarik di sini, penulis mengatakan bahwa Pemkab Malinau juga menjalankan kebijakan ekonomi kreatif (creative economic policy) untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi rakyat yang berdampak pada peningkatan kesejahteraan.

Untuk diketahui  bahwa sepanjang 2011, industri kreatif menyumbang tujuh persen produk domestik bruto (PDB). Kontribusi ini menempatkan sektor ekonomi kreatif pada urutan  ketujuh penyumbang PDB terbesar. Penyerapan tenaga kerja juga tidak  main-main. Pada 2010, jumlah tenaga kerja kreatif mencapai 8,6 juta orang dari total tenaga kerja nasional 108,2 juta (7,9).

Hebatnya lagi, sumbangan industri kreatif Indonesia terhadap perekonomian nasional lebih tinggi dibanding negara tetangga, seperti Singapura dan Malaysia. Sumbangan industri kreatif mereka  sekitar 5 persen dari PDB. Dari segi varietas, Indonesia juga lebih  kaya karena domestic market yang besar.

Kepemimpinan

Sukses atau tidaknya GERDEMA  tentu ditentukan  oleh kepemimpinan di berbagai level atau  tingkatan. Di semua lini dibutuhkan pemimpin yang kompeten dan terampil, serta punya loyalitas tanpa batas  dalam mengabdi kepada masyarakat  dan daerah.

Terkait ini penulis pun menyodorkan  empat gaya kepemimpin: gaya kepemimpinan yang instruktif; konsultatif; partisipasif; dan delegatif. Gaya ini penerapannya  disesuaikan  dengan kondisinya. Sebab tidak jarang masing-masing desa punya kearifan lokal yang berbeda.

Kesimpulan

Buku ini wajib dibaca, kususnya para birokrat di manapun dia  berada.  Sebab buku ini tidak saja ditulis seorang pelaku pembangunan, melainkan juga bagaimana ia berjuang mensejahterakan rakyatnya melalui gagasannya: "Gerakan Desa Membangun " (GERDEMA).

Buku ini juga menarik karena diisi  testimoni dari pelaku GERDEMA itu sendiri maupun kalangan swasta, hingga akademisi. Termasuk juga data-data sebelum dan sesudah  GERDEMA digulirkan sejak tahun 2012 hingga 2013.

Jika mengacu pada data-data yang ditampilkan di buku ini. Penulis menyatakan pelaksanaan GERDEMA 2012  berjalan sesuai harapan.  Perubahan yang  terjadi pada sistem perencanaan, partisipasi, demokratisasi di pedesaan, kepemimpinan desa, peran serta kelembagaan desa.

Sementara pada 2013, evaluasi GERDEMA  lebih ditekankan pada perilaku masyarakat, aparatur desa, satuan kerja perangkat daerah dan satuan tugas. Hasilnya, sebagian besar aparatur mengetahui perencanaan GERDEMA, baik itu penyusunan rencana jangkah menengah desa, maupun penyusunan rencana kerja pemerintah desa.

Keberhasilan model ini saya kira bisa diterapkan di daerah-daerah lain di Indonesia. Namun demikian, dibutuhkan pemimpin yang inovatif untuk mengembangkannya, apalagi mempertahankannya. Keberlangsungan GERDEMA juga patut dipertanyakan jika pengagasnya tidak lagi memimpin kabupaten tersebut. Sebab sudah menjadi rahasia umum jika ganti pemimpin, juga ganti kebijakan.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun