Ullaya Nazla Dania, selaku ketua tim pembuatan MAMBA menyatakan, inovasi yang mereka buat merupakan media pembelajaran sekaligus permainan. Dengan berbahan dasar potongan kayu jati, yang memanfaatkan potensi lokal di daerah Malang dan sekitarnya yang banyak industri meubel kayu khususnya jati sehingga menghasilkan banyak potongan-potongan kayu yang sudah tidak terpakai dan menghasilkan limbah bagi lingkungan.
MAMBA dilengkapi dengan audio yang berfungsi untuk mengenalkan nama-nama anggota tubuh serta bagian mana saja yang boleh disentuh dan tidak boleh disentuh oleh orang lain. Selain itu, MAMBA juga dilengkapi dengan aksesoris tambahan berupa 2 pasang baju batik yang bermotifkan topeng malangan sebagai ciri khas MAMBA yang lahir di daerah dataran tinggi tersebut.
Tak hanya sekedar membuat saja, Ullaya menambahkan bahwa inovasi tersebut sudah mulai dikenalkan ke beberapa sekolah TK di wilayah Kota Malang. Menurutnya respon dari sekolah-sekolah tersebut sangat baik. Karena media pembelajaran itu mempermudah anak-anak untuk mengetahui dan memahami materi edukasi seksual.
"Responnya baik sekali. Karena anak-anak bisa mendapat gambaran yang jelas tentang edukasi seksual. Tidak hanya penjelasan, mereka juga bisa menggerakan beberapa bagian tubuh dan memasang aksesoris baju yang telah disediakan," ungkapnya. (nad)