Awalnya sih tidak ngeh juga karena yang pertama dilihat di media-media tersebut adalah gambar-gambar atau foto-fotonya saja, baru kemudian mrmbaca komik atau cerita bergambarnya. Bila ada judul, tema, atau sosok/tokoh yang menarik barulah membaca lengkap artikelnya.
Semakin lama kebiasaan membaca sampai habis semua artikel dari majalah dan beberapa yang penting dari koran. Itu lantaran ibu dan kakak saya agak mengancam untuk menghentikan langganan Bobo dan Poskota Minggu jika isinya tidak dibaca alias cuma dilihat gambarnya saja.
Selanjutnya tidak hanya membaca artikel tapi juga memperhatikan siapa yang menulis. Bahkan saya suka memperhatikan susunan redaksi, siapa pemrednya, siapa wapemrednya, siapa wartawannya. Dari situ saya jadi tahu hierarki dan jobdesk di sebuah penerbitan. Selain itu ada penulis kontributor selain wartawan media tersebut.
Bens Leo adalah salah satu wartawan yang tulisannya cukup sering tampil di Majalah Gadis. Tulisannya komprehensif penuh isi tapi tetap renyah dan enak dibaca. Analisis dan amatan musik tanah air dan mancanegara sungguh fasih. Tak heran kemudian beliau tidak hanya dikenal sebagai wartawan tapi juga pengamat musik dan narasumber untuk banyak hal khususnya di dunia hiburan tanah air.
Jika sebelumnya hanya melihat tulisannya di media cetak, saat media televisi mulai berkembang dengan munculnya televisi swasta, wajahnya pun mulai muncul di layar kaca. Apalagi jika ada berita misalnya kedatangan artis atau musisi luar negeri yang akan konser di sini. Begitu juga program acara seperti Video Musik Indonesia atau acara-acara MTV, saya yang sudah mulai remaja pun jadi makin tahu sosok beliau bersama dengan wartawan hiburan zaman itu seperti Arswendo Atmowiloto, Erwin Arnada, Denny MR, Bung Remy dan yang lainnya.
Bacaan saya pun beralih dari Bobo menjadi Hai dan Mode. Sesekali menengok media remaja lain seperti Aneka Yess dan yang lainnya. Nama Bens Leo makin banyak beredar, saya lupa di mana beliau tercatat di media apa, tapi tulisan dan penampilannya relatif muncul di banyak media. Apalagi beliau pun sangat dekat dengan hampir semua musisi tanah air, dari berbagai genre maupun usia.
Beberapa wartawan musik setahu saya lantas melebarkan karir menjadi manajer artis, membuat event organizer, membuat production house, atau menggaet investor untuk membuat media, tapi Bens Leo sepertinya tetap setia sebagai jurnalis dan pengamat musik hingga akhir hayatnya.
Bens Leo meninggal di RS Fatmawati setelah mendapat perawatan akibat Covid-19 pada 29 November lalu pada usia 69 tahun. Beliau meninggalkan seorang istri dan satu orang putra.
Bens Leo tercatat pertama kali sebagai wartawan majalah Aktuil di awal 70an. Saya tidak mengalami masa itu. Saya mengenalnya jauh setelah itu di era tahun 80-90an. Kiprah panjangnya menjadi catatan khusus dalam dunia musik tanah air. Banyak musisi yang mempunyai kesan istimewa pada dirinya.
Seperti yang dirasakan oleh Anggun C. Sasmi, penyanyi Indonesia yang telah lama berkarir secara internasional dengan menetap di Prancis, dalam postingan di media sosialnya mengungkapkan sebagai berikut:
"Pertama kali bertemu Om Bens saat saya berumur 11-12 tahun. Kala itu saya sedang merekam album rock pertama yang ditangani oleh Om Ian Antono di bawah label Musica Record. Nama Bens Leo hanya saya tahu kala itu dari berbagai artikel musik yang ditulisnya di Majalah Gadis, majalah penting untuk anak2 seumur saya kala itu.
Om Bens sangat tertarik dengan kemampuan saya mencipta lagu. Kadang beliau main ke rumah (Jl. Tegalan Matraman), untuk menanyakan sudah berapa lagu yang saya tulis, susah nggak, dan yang jelas selalu memberi saya semangat untuk terus menulis lagu.
Dukungan Om Bens tidak berhenti selama karier saya di Indonesia dan setelah saya menerbitkan album internasional saya. Antusiasnya tidak bergoyah dan bahkan beliau bilang betapa bangganya dengan pencapaian saya ini.
Om Bens yang awet muda, langsing, dan berambut panjang. Bagi saya Om Bens bukan hanya pengamat dan wartawan musik legendaris Indonesia, tapi sudah seperti paman sendiri. Itulah makanya walaupun saya sudah dewasa, saya nggak pernah bisa memanggilnya dengan sebutan "Mas".
Selamat jalan Om Bens, terima kasih untuk semangat dan dukungan yang terucap maupun tidak. Betapa sedihnya saya hari ini."
#RIP #BensLeo
Apa yang dirasakan Anggun bisa jadi banyak juga dirasakan oleh musisi tanah air. Bahkan saya yang tidak pernah bersinggungan secara langsung pun turut kehilangan. Secara tidak langsung tulisannya yang saya baca waktu kecil mengajari saya belajar menulis. Selamat jalan Om Bens.