Tepat 6 bulan lalu aku masih bisa memelukmu hangat di ranjang dingin kita. Â Engkau juga memelukku dan mencoba menghapus airmataku yang keluar tanpa tangis.
"Jangan menangis sayangku, Aku pergi demi untuk keluarga kita, demi anak-anak kita" bisikmu
Aku hanya diam dan mempererat pelukan seakan tidak ingin melepasmu .
6 bulan lalu aku masih bisa menggenggam tanganmu di Bandara sebelum bayanganmu lenyap di antara pintu keberangkatan. Â Aku tersadar bahwa semua ini bukan mimpi, aku tersadar bahwa engkau benar-benar pergi dari sisiku yang selama 13 tahun selalu bersama dalam suka dan duka.
Aku sangat mengenalmu sehingga aku tidak pernah kuatir engkau akan melirik wanita lain atau akan meninggalkanku.
Facebook adalah sarana yang sangat efisien untuk kita berkomunikasi. Â Sepertinya engkau masih disampingku. Â Aku bisa mengeluh, menangis, dan tertawa bersamamu. Â Setiap hari selalu ada kata-kata manis yang engkau ucapkan, oh indahnya dunia......
Sampai prahara itu datang, engkau berkeluh kesah dan ingin pulang. Â Engkau bilang sangat merindukanku.
Sehari, dua hari, tiga hari.....aku semakin gelisah menunggu pesanmu. Â Kemana engkau kekasihku, belahan jiwaku? Dimana pesan rindumu.......aku mencari dengan segala cara, menanyakan kepada burung-burung yang melintas, kepada bulan yang juga tercenung dalam sepi. Â Oh.....aku kehilangan akal, aku kehilangan nafasku......
Seminggu, dua minggu, 3 minggu........ satu bulan
Tak jua ada kabar darimu......kemana engkau pergi kekasihku, apakah awan-awan hitam itu telah menelanmu?
Lalu aku mulai bertanya
Tidakkah engkau merindukanku lagi?
Lupakah engkau pada kenangan 13 tahun ini?
Dimanakah janjimu dulu?
Sebegitu mudahkah semua hilang?
Dan Notif itu masih juga kosong sampai detik ini......