Lewat status lain di Facebook yang kemudian dikutip media-media online, Pius membuat klarifikasi berisi 5 poin dimana poin pertama berbunyi, "Kata 'cuma ada yang tertukar' di akhir alinea pertama, menegaskan masih ada perbedaan soal siapa yang menang."
Saya termasuk orang yang membaca tulisan kontroverial Pius berjudul BEROPOSISI SAMA TERHORMATNYA DENGAN MEMERINTAH sesaat setelah di-upload dan paham bahwa dalam tulisan itu tersirat Pius mengakui kemenangan Jokowi-JK. Jelas beliau mengungkapkan apa yang ditampilkan situs www.kawalpemilu.org yang menempatkan Jokowi-JK unggul sama dengan perhitungannya, tidak ada kalimat "cuma ada yang tertukar."
Karena penasaran apakah saya yang bacanya kurang teliti atau kalimat itu memang tidak ada, saya kembali mengunjungi wall Facebook Pius Lustrilanang. Setelah saya buka memang tertulis kalimat "cuma ada yang tertukar" di akhir paragraf pertama, namun di sana terdapat kata "edited" yang menunjukkan bahwa status itu tidak original lagi alias sudah diedit. Terlihat status asli yang diupload pukul 4.18 tidak mengandung kalimat "cuma ada yang tertukar," kalimat itu baru ditambahkan pukul 15.28 hari yang sama.
Paragraf pertama yang awalnya berbunyi:
Dengan selesainya pleno rekapitulasi suara di tingkat kecamatan (15/7/2014) dan dimulainya rekapitulasi di tingkat Kabupaten sejak (16/7/2014), pemenang pilpres sudah diketahui publik. Saya mencoba menghitung data DB1 yang sudah di-upload di Website KPU, ternyata hasilnya tidak jauh beda dengan hasil yang ditayangkan di situswww.kawalpemilu.org.
Diubah menjadi:
Dengan selesainya pleno rekapitulasi suara di tingkat kecamatan (15/7/2014) dan dimulainya rekapitulasi di tingkat Kabupaten sejak (16/7/2014), pemenang pilpres sudah diketahui publik. Saya mencoba menghitung data DB1 yang sudah di-upload di Website KPU, ternyata hasilnya tidak jauh beda dengan hasil yang ditayangkan di situswww.kawalpemilu.org., cuma ada yang tertukar.
Kalimat "cuma ada yang tertukar" baru ditambahkan belakangan dengan terburu-buru, terlihat dari tidak dihapusnya tanda titik pada kalimat awal dan langsung saja disambung dengan menambahkan tanda koma setelah titik.
Pius Lustrilanang memang cerdas tetapi dia lupa (atau tidak tahu?) bahwa ketika sebuah status Facebook diedit, riwayat status tersebut masih tetap ada dan bisa di akses orang lain. Pius mengira status hasil editan akan me-replace status sebelumnya, padahal tidak demikian.
Sekarang jelas bahwa Pius Lustrilanang telah melakukan pembohongan publik. Pius yang awalnya mengakui kemenangan Jokowi-JK tiba-tiba berkelit dengan menambahkan kalimat "cuma ada yang tertukar" agar masyarakat menilai bahwa pihak lain termasuk medialah yang memelintir pernyataannya.
Dengan mengedit tulisannya, Pius seolah mau cuci tangan dari kasus ini lalu membenturkan masyarakat. Terbukti setelah beliau mengeluarkan pernyataan bahwa ada yang memelintir tulisannya, maka bermunculan banyak komentar di media sosial yang menuding pihak Jokowi-lah pelakunya.
Kalau sudah mengakui kemenangan Jokowi-JK kenapa masih berkelit? Atau kalau memang tulisannya kurang kata kenapa tidak diakui saja, bukan malah mengeditnya lalu menyalahkan pihak lain.
Negara kita akan hancur bila ulah para elit kita masih saja seperti ini, jago berkelit, jago mengadu domba dan suka lempar batu sembunyi tangan.