Pagi-pagi sekali, kami meluncur ke pelabuhan Soekarno Hatta di Makassar. Nama pelabuhan kapalnya persis sama dengan bandara internasional di Cengkareng Jakarta. Tetapi diaplikasi taksi online, lebih dikenal Pelabuhan penumpang Makassar. Khawatir ketinggalan kapal, usai subuh kami meluncur menggunakan jasa ojek online berupa mobil, tak lama menanti, mobil yang kami pesan pun mendekat, kami pun membuka pintu kabin mobil, bergegas masuk.
Lantaran hanya seorang diri, maka tak banyak bawaan di kapal. Seorang diri mencari jalan hidupnya di Provinsi Jawa Timur. Tepatnya di Surabaya kemudian melanjutkan ke kampung almarhum kakeknya di Desa Kandangan Kecamatan Ngawi yang masih tercatat sebagai wilayah Jawa Timur. Desa Kandangan ini juga melahirkan pemain timnas Garuda Indonesia Irfan Jauhari yang bermain di Persis Solo.
Meski usianya tak lagi anak-anak, sebagai orang tua tetap saja berat melepas. Apalagi jaman sekarang, menemukan orang baik itu ibarat mencari jarum ditumpukan jerami.
Anak saya ini sudah tidak bisa dilarang-larang lagi. Kami lebih banyak berbeda pendapat, daripada sependapat. Guna meredam amarah sang anak, sebagai orang tua, hanya mampu mengikuti apa yang anak saya katakan. Bukannya apa-apa, sebabnya anak kedua kami ini keadaannya kurang baik-baik saja, emosinya suka meledak-ledak. Kami sangat mendukung kemauannya untuk mandiri, lepas dari "ketiak" orang tuanya.
Doa kami tetap menyertai perjalanannya. Semoga saja selamat sampai tujuan dan menemukan yang dia cari, juga menjadi orang sukses, membanggakan orang tua, agama dan negaranya.