Meskipun hujan membasahi kota Daeng tidak menyurutkan niat baik kami untuk ngabuburit ramadan ke Masjid Raya Makassar. Rabu (5/5/2021).
Selain beribadah juga ingin merasakan kemeriahan buka puasa bersama jama'ah Masjid Raya Makassar. Memang tak seramai dulu lantaran wabah pandemi, namun pemandangan tersebut masih dapat dijumpai, meskipun sederhana.
Pengurangan jatah buka puasa dari Pengurus Masjid Raya Makassar Sulawesi Selatan ini bukannya tanpa sebab, dikarenakan penerapan menjaga jarak, memakai masker, mencuci tangan dan tidak berkerumun. Hal ini mengingat aturan penerapan Protokol Kesehatan Coronavirus Diasease (COVID-19) wajib dipatuhi.
Selain ngabuburit sekaligus sholat Maghrib berjamaah juga bisa merasakan pengalaman menunaikan ibadah dalam suasana berbeda di mesjid terbesar kedua setelah Mesjid Al Markaz Al Islami.
Sayangnya cuaca yang kurang bersahabat membuat kami harus pulang lebih awal setelah sholat Maghrib. Rencana mengikuti taraweh bahkan i'tikab di Mesjid Raya urung terlaksana.
Pemandangan ganjil lain selama pandemi covid-19, tidak lagi terpajangnya Al Quran berukuran raksasa, dimana sebelumnya selalu kami jumpai ketika bertandang di Mesjid Raya.
Sebagaimana informasi yang beredar, Al Quran raksasa merupakan ikonik Mesjid Raya terpajang di lantai 2 Masjid Raya Kota Makassar berukuran 1 x 1,5 meter itu tidak lagi nampak dari pandangan mata jama'ah. Ini keganjilan selain malam ganjil saat ngabuburit di Masjid Raya Makassar.
Sebagaimana uraian diatas bahwa 10 terakhir bulan suci ramadan turunnya malam lailatul qadr.Â