Rizal yang masih duduk dibangku kelas 5 Sekolah dasar ini, kesehariannya memang berjualan jalangkote keliiling menggunakan sepeda yang terbilang butut. Posturnya yang tambun tak mengurangi niatnya membantu meringankan beban perekonomian orang tuanya di tengah pandemi.
Mirisnya, dalam jualan jalangkote, Rizal tak jarang mendapatkan perlakuan diskriminasi dari pemuda-pemuda setempat, mungkin karena berbadan tambun itulah pemuda-pemuda itu sengaja melakukan perundungan atau bullying.
Dibalik tubuhnya yang gemuk atau tambun tidak membuatnya minder mencari nafkah secara halal dengan membatu ibunya berjualan Jalangkote. Sebaliknya Rizal merupakan anak periang, pemberani, pekerja keras dan bertanggungjawab dan memiliki perhatian tinggi terhadap keluarga. Berbanding terbalik dengan para pelaku bully yang merasa sok kaya, sok kuasa, padahal tidak punya apa-apa, bukan siapa-siapa.
Bukannya bertanggungjawab, hanya lontang-lantung nggak jelas, tak berpendidikan. Membully bocah penjual jalangkote, Rizal (12) di Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan yang usianya jauh berbeda diatas Rizal.Â