Mohon tunggu...
KOMENTAR
Kurma Pilihan

Sejuta Hikmah Ramadan dari Balik Kamar Sebuah Rumah Sakit

2 Mei 2020   10:36 Diperbarui: 2 Mei 2020   10:50 467 8
Bulan suci Ramadhan 1441 H bersama pandemi Covid-19 tanpa terasa memasuki puasa ke 8. Puasa tersebut masih kami  jalani di Rumah Sakit Akademis Jaury warisan sang Jendral Yusuf dan Elly Saelan.

Pandemi Covid-19 membatasi cerita dari balik kamar sebuah Rumah Sakit bersejarah ini. Segala bentuk aktivitas untuk mencegah wabah. Salah satu ritual yang hilang tersebut adalah tradisi ngabuburit menjelang berbuka puasa dan pekikan sahur yang memekakkan telinga, ini semua karena kita harus memakai masker, tak ubahnya para maling atau rampok spesialis rumah kosong.

Selain penerapan social distancing serta physical distancing menjadi budaya baru di negeri ini. Konon cara ini untuk memutus mata rantai penularan penyakit saluran pernafasan akibat Covid-19 yang ganas membinasakan manusia. Apakah cara ini efektif dibanding melakukan imunisasi Covid-19.

Lantaran Covid tersebut pemerintah menerapkan PSBB. Terlepas dari aturan-aturan tersebut, yang jelas beberapa hari ini kami terpaksa berbuka dan sahur di kamar Rumah Sakit yang isinya ranjang, alat infus bersama jarumnya yang menusuk tajam kulit anak-anak, sebuah pengalaman mengharukan dan memorable tentunya. Mirisnya selama Ramadhan pintu Masjid untuk melaksanakan sholat Jum'at tergembok kokoh.

Boleh dikatakan bulan Ramadhan 1441 Hijriah memang berbeda, perbedaaan tersebut karena ditemani pandemi Corona, wabah ini membuat ibadah tidak asyik. Maaf ya, penulis berani bilang nggak ada berkahnya sama sekali. Pasalnya semua Masjid nyaris tergembok. Jumat, (1/5/2020).

Kenapa demikian, pasalnya beberapa hal yang seharusnya disambut suka cita terbalas duka cita, tidak ada sholat taraweh berjamaah, demikian pula lantunan ayat suci Al quran usai taraweh pun tiada. Ini semua gara-gara tamu tak diundang.

Lebih dari itu, pas waktu sholat jumat yang mana seharusnya masjid meriah oleh para jamaah yang sholat jumaat berjamaah, ini malah sepi tergembok rapi. Layaklah, penulis menyebutnya iman kita dipaksa sedikit "melempem" terganti perintah Pemerintah meningkatkan imunitas daya tahan tubuh.

Justru dimasa pandemi ini, membuat kami sahur dan berbuka puasa di Rumah sakit, Ibadah di Rumah Sakit.

Makanan dari rumah sakit menjadi menu andalan dikala berbuka dan sahur, ditambah secangkir kopi maupun teh adalah pengalaman berharga menjalani puasa Ramadhan 1441 Hijriyah bersama para perawat dan dokter sebagai garda terdepan menghadapi wabah pandemi ini.

Dari ruang Anggrek dan Dahlia berukuran 220 centimeter persegi berlantai keramik putih, ada juga tiang infus, dua ranjang khas Rumah Sakit fenomenal ini, sembari menemani si kecil terbaring lemah tak berdaya, kulit lembutnya ditusuk tajamnya jarum infus begitu menikmati menu buka dan sahur di Rumah Sakit, meski hati menjerit.

Memang dibutuhkan hamonisasi seluruh stakeholder menciptakan kesinambungan program penyelesaian pandemi ini,. Pemerintah pusat dan daerah dengan kebijakan maksimalnya dan fasilitasinya serta rakyat yang patuh pada himbauan pemerintah. Para tenaga medis telah melaksanakan tugasnya dengan penuh dedikasi, fasilitasi seperti alat pelindung diri (APD) yang juga harus memadai, jangan di KORUPSI YA!!.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun