Mohon tunggu...
KOMENTAR
Healthy Pilihan

Epilepsi Itu Urusan Dokter, Membentuk Karakter Itu Urusan Ortu dan ODE

1 Maret 2020   20:13 Diperbarui: 1 Maret 2020   20:12 277 5
Epilepsi itu bukan penyakit mematikan, bukan penyakit turunan, bukan penyakit kerasukan setan maupun guna-guna.

Epilepsi bisa diatasi, berobat yang rutin ke dokter, minum obatnya secara teratur. Sebagai pengingat jangan sampai lupa pasang alarm di hp. Banyak para Ortu berkata, "anak saya ODE, bagaimanakah kehidupannya nanti."

Ada juga ODE sendiri yang mengatakan, "saya ODE, nggak biisa bekerja, ngga bisa apa-apa, takut untuk bekerja, bagaimana jika kumat?"

Perlu diketahui, Epilepsi itu obatnya akan membuat lemas tapi jika dibantu olahraga ringan dan kegiatan normal sehari-hari tidak akan terasa lagi lemasnya, kecuali kalau malas bergerak.

Diakui ODE itu pernah ingin bunuh diri, lantaran merasa hidup tak berguna. Banyak ODE terutama usia dewasa yang malas bekerja dengan alasan bahwa dia sakit Itu bukan alasan.

Kerja sesuai kemampuan, jangan dipaksa seperti orang normal kebanyakan. Anfal 5-10 menit, itupun termasuk parah, dan belum tentu juga setiap hari kumat.

Sisanya malas bekerja, putus asa, marah-marah. Banyak waktu yang terbuang. Apalagi biasanya didukung oleh Ortu yang karena sayang sekali pada anaknya, tidak sedikit ortu ODE melarang anaknya bekerja karena takut sakitnya kumat atau ada apa-apa bisa dibilang juga itu over protektif.

Justru perhatian yang berlebihan ini akan menjadi racun buat para ODE, ujung-ujungnya tidak bekerja, malas dan manja.

Contohnya, kalau saya tidak mau sekolah, tinggal bilang ke mamah, "mah aku pusing",
Mamah langsung ambil air minum hangat dan suruh saya tidur lagi.

Kalau dusuruh bekerja misalnya nyapu rumah tinggal bilang capek, ga jadi deh tugasnya. Tapi akhirnya kemalasan itu yang membuat ODE tidak bisa apa-apa.

Sesuatu yang baik belum tentu benar,
Sesuatu yang benar pasti itu baik.

Ortu yang baik akan memberikan segala sesuatu yang diminta anaknya, asal anaknya senang walaupun itu salah. Ortu yang benar akan menegur anaknya jika ia salah tanpa peduli pada sakitnya, karena ia lebih berpikir akan masa depan anaknya.

Kesalahan dalam bersosialisasi jangan digabung dengan penyakit epilepsi. Epilepsi itu urusan dokter, tapi membentuk karakter yang benar itu urusan Ortu dan ODE nya sendiri.

Iya juga sih, tapi buat apa juga kita tahu juga nggak penting, yang penting buat ODE itu makan obat disiplin, kontrol emosi, pola hidup dijaga.

Sementara jenis epilepsi dan obatnya biar dokter yang menentukan. Nanti malah tambah pusing dan takut. Lebih baik nggak usah tahu, yang penting minum obat anti epilepsi (OAE).

Emisional, baper, tidak mau kalah, egois dll. Itulah bentuk cacian yang biasa mengarah kepada ODE. Mengeluh, berputus asa, marah, sedih bukanlah jalan keluar dari permasalahan. Malah hal-hal seperti itulah yang merangsang syaraf otak menjadikan tidak stabil dan menyebabkan kejang.

Tapi sulit dipungkiri bahwa dulu juga saya sendiri pernah merasakan hal-hal itu. Cara untuk mencegahnya yaitu rubahlah pola pikir, berpikirlah bahwa epilepsi bukanlah penyebab hidup kita terpuruk, tetapi ketidak mauan untuk berusaha justru membuat ODE sulit untuk keluar dari masalah.

Seandainya kita kumatpun itu paling cuma beberapa menit, sedangkan waktu kita dalam sehari dihabiskan untuk meratapi dan bersedih karena epilepsi itu.

Untuk anak-anak yang masih sekolah, tetaplah sekolah, supaya kelak bisa mandiri. Orang normalpun jika tidak sekolah pasti akan sedikit sulit untuk mencari pekerjaan layak, apalagi kita yg dengan epilepsi terus tidak mau sekolah?

Untuk orang dengan epilepsi yang sudah tidak sekolah, cobalah bekerja minimal bisa berpenghasilan sendiri, jangan dibiasakan hidup tergantung orang lain, baik itu ortu, saudara atau siapapun.

Bekerjalah, pilihannya cuma 1 yaitu harus aman, jika kebetulan kumat atau anfal setidaknya tempatnya aman dan tidak membuat cedera yang membahayakan nyawa ODE itu sendiri.

Ternyata bukan epilepsi yang membuat ODE dijauhi tapi karena karakternya yang berubah, sangat sensitif, mudah marah, egois, mudah tersinggung seperti pentol korek, sedikit tergesek langsung meledak. Secara logika siapa yang mau menemani orang mudah marah, egois, baper, mudah tersinggung?

Coba rubah cara berpikirnya, jika ada orang yang membully, kamu cukup tersenyum saja dan tidak perlu marah, tanamkan dihati dan pikiran kamu bahwa itu cuma bercanda dan tidak menyakiti sama sekali, tersentuh saja tidak bagaimana kamu bisa sakit? Jadi jelas bahwa yang sakit itu cara berpikir kamu.

Saya pun belajar berubah, dimulai dengan kata "maaf" dan belajar memaafkan jika ada yang salah atau membully saya.
Saya diajarkan papah saya untuk menjadi orang tegar dan bermental kuat.

Saya ODE, tapi saya selalu berusaha untuk bekerja menghidupi keluarga.

Orang cacat jadi sukses banyak,
Orang pintar jadi sukses banyak,
Orang bodoh jadi sukses banyak,
Orang buta jadi sukses banyak,
Orang Epilepsi jadi sukses banyak,
Tapi tidak ada orang malas yang jadi sukses.

Janganlah membentengi atau membatasi diri kita karena Epilepsi. Bersyukurlah, kita sakit epilepsi kumatnya ngga setiap waktu, setiap detik. 

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun