Awalnya saya bercerita kepada orang tua akan langkanya obat Luminal di Kota Makassar, kelangkaan tersebut tentu saja sangat merugikan kaum minoritas epilepsi. Dalam hati terheran-heran kok bisa, desa sekecil Ngawi begitu banyak stok Luminal?. Apakah ini ada kaitannya dengan tingkat tekanan hidup masyarakat desa lebih ringan dari pada di kota? Apakah desa merupakan tempat jitu menurunkan tingkat stress atau jangan-jangan epilepsi oleh masyarakat desa dianggap
“aib” penyakit “kutukan”, menular, penyandang dibiarkan tanpa pengobatan layak sampai ajal tiba. Jika demikian adanya betapa rendahnya pengetahuan mereka akan epilepsi, lebih mempercayai tahayul. Kita tidak bisa melawan kematian, akan tetapi bukankah tidak ada penyakit yan gtidak bisa disembuhkan kecuali malas berobat.
KEMBALI KE ARTIKEL