Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Prameks Oh Prameks

16 Oktober 2010   05:55 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:23 277 0
Setiap minggu, seperti biasanya saya kembali pulang ke Jogja menggunakan kereta Prameks (Prambanan Ekspress) tujuan Solo menuju Jogja. Tapi pagi itu, saya naik di gerbong paling depan berdiri disamping pintu masinis karena semua gerbong sudah penuh oleh penumpang KA.

Di tengah perjalanan di suatu persawahan desa, tiba-tiba saya dan penumpang lain merasakan dentuman yang sangat keras dari kereta "DOOOOOOOMMMM". Kaca-kaca pintu dan jendela yang ada didekat ruang masinis pun pecah menjadi serpihan-serpihan kecil dan berterbangan seperti hujan kaca , saya dan penumpang lain pun menunduk berlindung agar tidak terkena serpihan kaca tersebut. Kereta serasa diguncang dan menyeret sesuatu, saya merasa kereta seperti akan keluar dari rel. Setelah beberapa detik kereta masih berguncang dan saya melihat keluar jendela ternyata kereta menyeret sesuatu yang besar tapi tak tahu itu apa. Didalam hati saya menenangkan diri dengan menyebut asma Allah SWT dan beristighfar.

Akhirnya setelah beberapa menit kereta pun berhenti, pintu otomatis kereta Prameks terbuka. Dari dalam ruang masinis saya melihat seorang anak kecil berteriak sambil memegangi seorang masinis yang wajah dan badannya berlumuran darah dengan keadaan setengah sadar "TOLONG KAKAK SAYA..TOLONG KAKAK SAYA!!. Beberapa dari penumpang lantas menolong. Dengan keadaan saya dan penumpang lain yang masih shock dan ketakutan, kami lekas berhamburan turun dari kereta, dengan rasa penasaran pula saya menengok kedepan kereta apa yang sebenarnya terjadi. Ternyata KA telah menabrak sebuah mini bus yang berisi keluarga yang akan menghadiri pesta pernikahan.

Evakuasi korban pun dilakukan, seorang remaja menangis dan berteriak-teriak melihat keluarganya yang masih terjebak dan terhimpit didalam mini bus itu. Saya juga melihat para korban tak sadarkan diri dengan luka yang sangat parah. Darah dimana-mana, bahkan sampe tulang badannya pun terlihat. Sungguh miris sekali melihatnya. Saat itu, saya tidak bisa menangis, saya tidak bisa teriak. Yang bisa saya lakukan hanya pasrah, miris melihat korban selamat dan mayat-mayat disana. Disaat saya ingin meenghubungi keluarga saya, handphone saya malah mati. Lalu hal pertama yang saya lakukan adalah bagaimana secepatnya sampai jogja dan menghubungi keluarga.

Dengan dibantu penduduk sekitar, saya diantar ke jalan raya. Langsung saja tak berfikir panjang saya menaiki bus jurusan jogja. Di bus pun saya duduk dan menenangkan diri. Setelah saya raba leher, tangan, kuping, rambut, dan kaki saya, saya merasa seperti ada pasir yang ternyata adalah serpihan kaca dari tabrakan kereta tadi. Pada saat itu saya merasa sangat bersyukur masih diberi keselamatan oleh Allah SWT. Luka-luka lecet dari kaca itu teguran oleh Allah SWT agar saya selalu ingat pada-Nya. Dan setelah saat itu, beberapa bulan kedepannya saya tidak mau naik KA Prameks karena masih trauma. Tapi sekarang trauma itu sudah mulai berangsur hilang dari benak saya.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun