Pada tangga 7 Agustus 1945 di umumkannya  membentukan  PPKI bertepatan dengan  di bubarkannya Dokuritsu Jumbi Cosakai. Dua puluh satu anggota telah  dipilih, tidak hanya terbatas pada wakil-wakil dari Jawa, tetapi juga dari berbagai Pulau dan suku seperti berikut: 12 wakil dari Jawa, 3 wakil dari Sumatera, 2 wakil dari golongan penduduk Cina. Yang ditunjuk sebagai ketua dalam PPKI adalah Ir. Sukarno, sedangkan Drs. Moh. Hatta ditunjuk sebagai wakil ketua. Sebagai penasehatnya ditunjuk Mr.Ahmad Subardjo. Jepang saat itu menghadapi pemboman AS atas Hirosyma dan Nagasaki, sedangkan Uni Soviyet menyatakan perang terhadap Jepang dengan cara melakukan penyerbuannya ke Mancuri. Dan Soekarno dan Hatta baru pulang dari Dalat pada tanggal 14 Agustus 1945 yang dimana adanya desakan untuk segera memproklamirkan kemerdekaan.
Keadaan Jepang yang terjepit situasi karena kekalahannya dengan Amerika, maka ini menjadi kesempatan bagi bangsa Indonesia untuk segera merdeka. Namun adanya perbedaan antara golongan muda dan golongan tua yang akhirnya menjadi polemik internal bangsa Indonesia, menurut Ir. Soekarno dan Moh. Hatta berpendapat bahwa kemerdekaan Indonesia itu tidak berasal dari kekalahan Jepang tetapi kita juga perlu suatu revolusi yang terorganisir atau bisa dikatakan perlunya hitungan politik, sedangkan golongan muda berpendapat bahwa kejadian itu menjadi suatu keuntungan untuk segera memproklamasikan negara Indonesia.
Situasi di Jakarta pada saat itu sangat menegangkan, kelompok golongan muda mendesak Ir.Soekarno untuk segera memproklamirkan kemerdekaan, sedangkan golongan tua dalam BPUPKI-PPKI dengan motor Soekarno dan Hatta menginginkan proklamasi dapat dilakukan sesuai dengan hasil keputusan rapat sidang PPKI tanggal 16 Agustus 1945. Apalagi saat itu anggota PPKI sudah mulai berdatangan ke Jakarta, mereka takut terjadi pertumpahan darah. Sebaliknya, kelompok pemuda berpendapat bahwa pertumpahan darah adalah risiko yang tidak bisa dihindari. Kemungkinan pertumpahan darah dapat terjadi sebab Jepang diminta menjaga status quo di wilayah yang diduduki, sehingga proklamasi bisa dianggap sebagai suatu pelanggaran. Dengan adanya perbedaan tersebut membuat golongan muda membawa Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok dengan tujuan untuk menjauhi pengaruh dari Jepang terhadap Soekarno dan Hatta. Usaha yang dilakukan golongan muda di Rengasdengklok tersebut tidak berhasil, dan proklamasi kemerdekaan dilakukan di Jakarta sesuai dengan kesepakatan bersama yaitu pada tanggal 17 Agustus 1945.