Suara pemuda ini berat, namun jernih. Umurnya baru 22 tahun. Nampak pemilik suara ini tampil lebih dewasa daripada usia sebenarnya. Susunan kata-katanya rapi dengan pilihan kata yang baik diucapkan dengan intonasi yang pas. Pemuda berkulit putih, hidung bangir dan aroma parfum maskulin ini menyampaikan isi pikiran & hatinya dengan gerak gerik indah. Lengkaplah sudah pesona yang dimiliki pemuda ini.
Di dunia maya, semua itu tidak sedahsyat efeknya pada hati Prita, dibandingkan dengan pertemuan di dunia nyata yang saat ini ia hadapi. Seperti ada magnit yang menyedot semua isi benak dan perasaannya. Bak buku terbuka, tertangkap basahlah Prita sedang betul-betul terpikat pria muda belia ini. Bahkan peringatan kecil di hatinya, bahwa ia mirip tante girang yang senang menghisap madu para perjaka, seperti tak mampu menahan luapan emosi kewanitaannya.
"Prita, tahan dirimu. Jangan terpikat pada dia. Dia lebih tepat sebagai anak atau keponakanmu dibandingkan menjadi kekasihmu!!", teriak superego dalam hatinya. Prita menarik nafas dalam2. Tidak pernah dalam sejarah hidupnya, ia tertarik pada pria yang jauh lebih muda. Pernah juga ia pacaran dengan pria yang 3 tahun lebih muda. Tapi ini....20 tahun!! Astaghfirullahal adziim..
Hanya kematangannya sebagai wanita dewasa sajalah yang mampu menutupi ketertarikannya kepada pemuda itu. Tapi pemuda itu seperti tahu apa yang ia rasakan, karena dengan tiba-tiba ia menatap dalam ke mata Prita. Tatapan tajam itu seperti hendak menembus hatinya.
"Kak, maaf kalau aku lancang. tapi entah kenapa aku suka sekali sama kakak. Kalau boleh dibilang, jatuh cinta pada pandangan pertama...". Dito tiba-tiba diam dan memandang lekat ke arah Prita. Mata Dito menelusuri semua lekuk dan kontur wajah cantik di hadapannya.
Dada Prita berdegup keras. Kenapa jadi begini?, katanya dalam hati.
"Kamu gak salah Dit? Meski kamu panggil aku, kakak, tapi sebenarnya aku lebih pantas sebagai tante atau bahkan ibumu, " sergah Prita meski hatinya sendiri seperti tidak rela dengan apa yang diucapkannya.
"Usia tidak penting. Aku seperti menemukan tulang rusukku yang hilang. Rasanya nyaman bersama kamu". Kali ini Dito benar-benar meniadakan perbedaan usia mereka yang jauh sekali itu. Ia menyebut Prita, dengan sebutan "kamu".
Prita tersenyum kecil, sambil bergumam lirih, "Tentu saja kamu merasa nyaman. Seperti kamu bersama ibumu, tentu kamu merasa nyaman," bisiknya berulang.
Dito ternyata mendengar gumaman itu. ia kemudian menyeringai."Kamu jangan pandang remeh perasaanku. Akan kubuktikan aku akan mampu bertindak sebagai kekasih yang setara denganmu".
Prita terhenyak, tapi dengan cepat ia mengusir rasa asing yang tiba-tiba hinggap di hatinya. Susah payah ia mencoba mengembalikan rasio nya menjadi normal.
"Kenapa begitu? Apakah kamu tidak berfikir panjang dulu? Yang paling gampang, orang yang lihat kita saat ini akan menyangka kita adalah ibu dan anak, atau guru dan murid, atau tante dan..."
Belum selesai Prita bicara, Dito langsung memotong, "Aku tidak perduli apa kata orang. ini adalah perasaanku. Tidak boleh ada yang ikut campur!". Muka Dito tampak sedikit lebih tegang, tapi wajah tampannya makin membuat perasaan Prita tak karuan.
Prita tiba-tiba saja mengerti apa yang dirasakan oleh seorang artis berumur yang gundah saat berhubungan dengan pria yang jauh lebih muda. Si artis sampai harus pontang panting menghadapi reaksi publik, perlawanan orang tua pria itu serta bagaimana penerimaan anak-anaknya terhadap ayah barunya yang jauh lebih muda.
Konflik di hati Prita makin memuncak. Terlebih lagi ia menyadari, bila ia mengizinkan hatinya menyambut perasaan Dito ini, berarti ia berselingkuh. Ya, karena Prita masih hidup normal bersuamikan seorang manajer bank. Yudha Laksana, namanya. Akankah aku mengkhinati cinta mas Yudha?, bisik hatinya bertanya.
Namun gempuran Dito makin keras. Dito bilang," Aku tahu kamu sudah bersuami, tapi aku hanya ingin mengatakan perasaanku yang sebenarnya kepadamu. Jika kamu mau menerima aku sebagai kekasihmu apa adanya ,aku sangat bahagia. Aku janji, akan bahagiakan kamu".
Biasanya Prita akan bilang kepada anak atau keponakannya, " Hati-hati jangan sampai terpedaya bujuk rayu laki-laki asing. Bisa-bisa kamu terperosok ke dalam jurang kenistaan". Tapi kali ini, apakah aku yang akan membiarkan diriku terperosok jatuh? Pastinya tidak !! tapi siapa bisa menjamin, kalau mereka saling tertarik?
***
Prita melipat mukenanya. Entah mengapa, nama Dito mulai memasuki wilayah pribadinya dan menjadi salah seorang yang mulai sering ada dalam doa2nya belakangan ini. Ada apa ini, pikirnya.
Ia memandangi wajah dan sekujur tubuhnya di cermin. Biasa saja, gumamnya menilai bayangan di balik cermin. Apa yang kamu cari padaku, Dito? tanyanya lirih, seakan mencari jawab pada cermin itu.
Ia merasa semakin hari semakin dekat saja dengan Dito. Sudah pertemuan ke lima terjadi di tempat-tempat umum. Ia membayangkan kembali pertemuan-pertemuannya dengan Dito. Tersisa rasa manis di hatinya. Satu sisi dirinya menerima kehadiran Dito, sementara sisi lainnya menolak. Prita tak berani mengukur mana yang lebih besar antara keduanya.
Tiba-tiba Yudha sudah berdiri di belakang Prita. Ia memeluk dari belakang...
"Ahhh...", pekik kecil Prita. ia betul-betul terkejut. Saat itu Prita sudah tak sempat berfikir lagi karena Yudha sudah menggendongnya ke tempat tidur. Sesaat kemudian Yudha telah menaklukkan Prita. Hanya suara desah dan jerit kecil mereka berdua yang terdengar silih berganti.
Saat Prita kembali terbangun pagi itu, ia tertegun pada sebuah kado kecil di meja riasnya. Diambilnya pelan, sambil membuka tutupnya hati-hati. kado apa ini?. pikirnya.
"Happy Our Anniversary, my dear Prita". tulisan itu berbunyi.
Prita ternganga, kaget bukan main. Aku melupakan hari ulang tahun pernikahan kami? Ya Allah. Aku sudah melewatkan momen mesraku dengan suamiku ...ampuni aku, Ya Allah.....hati kecil Prita menyesali.
Namun, ada suara lain dalam hatinya...."Satu sama..." suara itu terdengar seperti orang yang puas membalas dendam
Prita terduduk lemas di pembaringannya. Kini ia menyadari, ternyata ia tak pernah benar-benar memaafkan suaminya yang pernah diketahuinya dekat dengan Viola, mantan sekretarisnya yang kini telah keluar dari pekerjaan tak lama setelah hubungannya dengan suaminya diketahui oleh Prita.
Mungkin karena aku tak bisa percaya seratus persen lagi pada suamiku ....
Hatiku sudah pernah terluka, namun hingga saat ini luka itu belum kering. Ia teringat Dito. Pria muda yang datang dan berusaha mengobati luka hatiku. Tampaknya kamu berhasil, Dito. Tapi mengapa aku tidak merasa bahagia? tanya hati Prita
Apa yang kucari?......terus dan terus hati Prita bertanya....