Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan

Tutorial-1: Peningkatan Mutu Pembelajaran IPA di SMP dan SMA

8 September 2013   00:44 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:12 281 0

Tutorial ini ditulis sekedar berbagi informasi untuk menambah pengetahuan dan wawasan bagi rekan-rekan guru yang ingin mengetahui cara meningkatkan mutu pembelajaran sehari-hari di sekolah dengan menggunakan PAF (Pembelajaran Aktif Fleksibel). Tutorial ini disusun berdasarkan pengalaman penulis dengan beberapa rekan guru SMA di kabupaten Bandung tahun 2009.

PAF relatif sama dengan pembelajaran aktif yang digunakan di Jepang. Berbeda dengan Model-model pembelajaran dan LKS yang sudah ada sejak tahun 1980-an, PAF muncul pada tahun 2001 untuk memenuhi kebutuhan peningkatan kompetensi siswa yang diperlukan di abad-21. PAF tidak menggunakan langkah-langkah pembelajaran dan tidak menggunakan LKS, karena harus fleksibel.

PAF dipilih karena selama 25 tahun penulis mengikuti peningkatan mutu pembelajaran, hanya dengan PAF rekan-rekan guru yang penulis dampingi berhasil mengubah kebiasaan mengajarnya dari ceramah ke pembelajaran aktif. Sedangkan peningkatan mutu pembelajaran dengan LKS atau model-model pembelajaran tidak pernah berhasil, walaupun selama lebih dari 30 tahun sudah digunakan dengan berbagai sistem, strategi, model, dan pendekatan. PAF merupakan pembelajaran aktif yang luwes (fleksibel) yang mudah disesuaikan dengan berbagai situasi dan kondisi sekolah, siswa, dan guru di Indonesia, karena itu cocok untuk meningkatkan mutu pembelajaran sehari-hari di sekolah-sekolah di Indonesia.

Berdasarkan pengalaman pendampingan guru tahun 2009 peningkatan mutu pembelajaran dengan PAF dilaksanakan dengan berpedoman pada pernyataan berikut ini.

a.“Mulailah meningkatkan mutu pembelajaran dari apa yang dapat kita lakukan saat ini, karena pada saat nanti kompetensi dan minat kita dalam melaksanakan pembelajaran aktif akan meningkat lebih tinggi, sehingga kita mau melaksanakan apa yang saat ini kita tidak mau melaksanakannya”. Jadi, jika saat ini kita tidak mau melaksanakan praktik, jangan melaksanakan praktik. Setelah kompetensi dan minat kita meningkat dengan baik, pada saat itu keinginan untuk sering melaksanakan praktik akan timbul dari dalam diri kita sendiri.

b.Sikap dan minat belajar merupakan prasyarat kompetensi untuk meningkatkan keterampilan berpikir, penguasaan konsep, dan psikomotor. Karena itu, sikap dan minat belajar harus lebih dahulu meningkat. Dalam praktiknya kita tidak dapat melaksanakan pembelajaran yang khusus meningkatkan sikap dan minat belajar, melainkan terintegrasi dengan peningkatan kompetensi yang lainnya.

Karena peningkatan mutu pembelajaran di Indonesia masih berada pada tahap awal, yaitu tahap mengganti pengajaran ceramah dengan pembelajaran aktif, peningkatan mutu pembelajaran IPA dengan PAF dapat kita bagi dalam 3 tahap sebagai berikut.

1.Tahap-1: Masa adaptasi (pergantian dari ceramah ke pembelajaran aktif dialog prosedural dan kegiatan kelompok). Waktu 1 semester.

2.Tahap-2: Peningkatan kualitas PAF (Peningkatan kualitas pembelajaran dengan kegiatan pembelajaran dialog mendalam dan kegiatan kelompok praktik tanpa LKS). Waktu 1 semester.

3.Tahap-3: Peningkatan kualitas pembelajaran aktif berkelanjutan dengan Lesson Study.

Tahap-1: Masa Adaptasi

Waktu: 1 semester

Untuk 3 bulan pertama sebaiknya tidak terpisah oleh libur panjang.

Sasaran: Siswa yang terbiasa belajar dengan ceramah.

Kegiatan Pembelajaran:

Selama ±3 bulan pembelajaran dilaksanakan dengan kegiatan klasikal dialog (tanya-jawab) prosedural dan kegiatan kelompok. Utamakan kegiatan klasikal dialog, karena kegiatan klasikal dialog memberi peluang yang banyak untuk meningkatkan sikap dan minat belajar siswa. Dialog prosedural hanya digunakan pada tahap ini, khusus untuk menghadapi siswa yang terbiasa belajar dengan ceramah. Pada tahap-tahap selanjutnya menggunakan dialog mendalam.

Pada awalnya pembelajaran aktif tersebut akan terasa kurang nyaman dilaksanakan, karena guru tidak biasa melaksanakannya, serta sikap dan minat belajar siswa belum menunjang kelancaran pelaksanaan pembelajaran tersebut. Setelah ±3 bulan barulah guru akan merasa nyaman dan ringan dalam melaksanakan pembelajaran aktif tersebut, serta menyenangkan bagi guru dan siswa.

Fokus:

  1. Satu bulan pertama fokus pada peningkatan sikap dan minat belajar siswa.
  2. Setelah satu bulan pertama sampai akhir semester fokus pada peningkatan keterampilan berpikir dan penguasaan konsep.

Indikator Keberhasilan Tahap-1:

Tercapai atau tidaknya indikator-indikator berikut ini diketahui dari hasil pengamatan dan perasaan guru saja, tidak menggunakan instrumen penilaian.

a.Setelah ±3 bulan, sikap dan minat belajar siswa meningkat dengan baik yang teramati dari aspek-aspek berikut ini.

  1. Tidak ada lagi siswa yang suka menertawakan atau mencemoohkan temannya yang menjawab salah atau peristiwa lain yang dapat menimbulkan bahan tertawaan yang bukan karena lucu. Semua siswa sudah dapat menghargai sesama temannya dan mau saling membantu.
  2. Semua siswa berbicara dan berbuat lebih tertib, sopan, dan santun.
  3. Jumlah siswa yang mau menjawab atau bertanya ±60%.
  4. Semua siswa melaksanakan tugas tepat dengan waktu yang diberikan.
  5. Bagi guru pembelajaran yang asalnya terasa cukup berat menjadi ringan dilaksanakan dan menyenangkan bagi guru dan siswa.
  6. Guru memiliki perasaan senang dan bangga atas keberhasilannya meningkatkan kompetensi siswa.

b.Setelah 1 semester:

  1. Sikap, minat belajar, keterampilan berpikir, dan penguasaan konsep siswa meningkat secara signifikan. Semua aspek kompetensi itu akan meningkat terus pada tahap-tahap selanjutnya.
  2. Jumlah siswa yang mau menjawab atau bertanya ±90%.

Jika indikator-indikator tersebut kita temukan pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung, itu berarti kita telah berhasil meningkatkan mutu pembelajaran pada tahap-1.

Pelaksanaan Tahap-1:

Susunan Kegiatan Pembelajaran Aktif Fleksibel

PAF divariasikan antara kegiatan individual, kegiatan klasikal dialog mendalam, dan kegiatan kelompok. Susunan kegiatan PAF umumnya seperti pada diagram berikut ini. Jika diperlukan kita dapat memvariasikan kegiatan-kegiatan tersebut sesuai dengan kompetensi yang ingin kita tingkatkan pada siswa.

Siswa yang terbiasa belajar dengan ceramah tidak akan mampu belajar dengan dialog mendalam dan praktik tanpa LKS yang meminta siswa bergulat dengan pemikiran-pemikiran yang mendalam. Karena itu, pada tahap-1 kegiatan dialog mendalam diganti dengan dialog prosedural yang pertanyaan-pertanyaanya relatif mudah dijawab siswa dan kegiatan praktik tanpa LKS diganti dengan kegiatan yang lain yang dilaksanakan secara berkelompok sesuai dengan pertimbangan guru.

(Bersambung ke Tutorial-2)

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun