Hari-hari pun tetap berlanjut meninggalkan hari pertandingan itu. Akhirnya datang juga sebuah kabar darimu. Sebuah pesan singkat untuk menanyakan kabar dan basa-basi lainnya, yang berujung dengan segala pertanyaan yang memang aku hindari untuk ditanyakan. Dengan sikap cuek dan santaiku, aku mencoba menjawab dengan ribuan dalih untuk menyelamatkan hatimu dari kehancuran, walau kenyataannya memang sudah hancur atas ketidak jujuran ku. Tapi setidaknya, aku mencoba untuk tetap menjadi seseorang yang baik dimatamu, sekalipun itu sudah menyakitimu. Kembali lagi kepada ke-aneh-an sikap kita masing-masing dalam hubungan ini. Dirimu masih bisa bersikap tenang untuk menyikapi masalah terbesar kedua dalam ketiga tahun perjalanan cerita ini. Mungkin sudah waktunya kami menyelesaikan hubungan yang memang sedari awal ab-normal ini. Tenang, cukup menyakitkan, dan santai kami menyelesaikan urusan satu ini. Ya, kami kembali menjadi benar-benar teman biasa seperti teman yang lainnya dengan harapan tak akan ada perbedaan masalah pertemanan antara sebelum dan sesudah adanya goresan cerita ini dalam buku harian dari Tuhan.