“Mas, punya saya bisa jadi lebih cepat?”
“Maaf mas, harus antri” jawabku sambil mengontrol hasil cetakan
“Nggak bisa di selipin, gitu?”
“Bisa sih, tapi harus bayar tol” jawabku dingin
“Oke, sebelum maghrib jadi ya, nih mas buat uang rokok” katanya sambil menyerahkan selembar uang berwarna hijau. Mataku jadi hijau. Pasti kawan tahu kan? Berapa rupiah nilai nominal uang itu?
Kemudian orang-orang yang sudah tidak sabar berebut ingin lebih didahulukan. Bayar tol tentu saja. Ada yang pakai uang hijau, ungu kemerahan, coklat, juga beberapa lembar uang biru. Mataku jadi gelap. Maksudku, gelap mata. Sebab mataku bukan cuma jadi hijau karena ada ungu,merah,coklatjuga biru.
Alih-alih lancar, karena semua lewat tol, malah macet. Mesinku macet, otakku lebih macet. Sepanjang sepuluh kilometer, macam antrean kendaraan mudik. Arghhhhhhhhhhhhh…..