Mohon tunggu...
KOMENTAR
Filsafat

“Orang Tionghoa” Presiden, Walaupun Seumur Jagung

1 Agustus 2014   05:40 Diperbarui: 18 Juni 2015   04:43 311 0
Oleh Chris Boro Tokan

Dalam ingatan saya dahulu masih usia muda mahasiswa (antara dekade 80-90 an) melakukan penelitian sosial, budaya dan hukum dalam wilayah masyarakat  adat  Lamaholot, yang mencakup kepulauan Solor: Adonara - Solor - Lembata dan Pulau Flores bagian Timur di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Dalam penelitian itu antara lain ada tokoh masyarakat adat khususnya di pulau Adonara mengingatkan  bahwa kalau indonesia menjadi makmur, maka tandanya adalah kalau orang cina sudah menjadi  presiden indonesia, walaupun usia kekuasaan  seumur jagung. Saat itu   keadaan masyarakat indonesia  adil dan maut dalam kekuasaan presiden walaupun seumur jagung itu, baru menyusul presiden berikut yang  benar-benar  memimpin indonesia  menuju  masyarakat yang  adil dan makmur.

Apabila ramalan demikian dirujuk  kepada cermatan dalam observasi  perkembangan keadaan masyarakat bangsa Indonesia kekinian, yakni sebelum dan  pasca penetapan hasil pilpres  22 juli 2004 oleh Komisi Pemilihan Umum, maka ramalan tersebut dapat  membantu kerangka  prediksi  ke depan. Prediksi tentang  output  pilpres  yang senyatanya pada  saat pelantikan  yag  terjadwalkan  tanggal 20 Oktober 2004 dan pasca pelantkan nanti. Sebagai suatu ramalan, tentu dalam aspek kajian futurologi yang tetap terusahakan dalam instrumen ilmiah, walaupun diujung kenyataan hasil akhir mungkin lain atau tidak sesuai prediksi.

Identitas dan eksistensi  kepulauan Solor



Kepulauan Solor kekinian (Pulau Adonara, Pulau  Solor, Pulau Lembata) di Kabupaten Flores Timur dan Kabupaten Lembata, Provinsi Nusa Tenggara Timur,  sesungguhnya simbol Kepulauan Matahari. Simbol kepulauan  yang mencakup seluruh pulau di wilayah Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat, di wilayah Maluku dan Sulawesi. Wilayah ini dalam pemetaan pembagian purba flora dan fauna ditempatkan sebagai wilayah Poros yang membagi ke Timur (dataran Sahul: pulau Irian/Papua dan kepulauan Aru) dan ke Barat (dataran Sunda: pulau Jawa Purba yang mencakup  daratan Jawa, Kalimantan, Sumatra  beserta  pulau-pulau  kecil  disekitarnya).

Dengan demikian Dataran Poros yang menjadi  Dataran Awal pembagi flora dan fauna ke Dataran Timur dan ke Dataran Barat, sesungguhnya  adalah listofer (daratan baru) dari benua yang hilang (Benua Atlantis). Dataran Sahul   (Timur) sesungguhnya  adalah  listofer dari Benua Australia, sedangkan  dataran Sunda (Barat) sesungguhnya  adalah listofer  dari Benua Asia. Dataran Poros dengan listofernya kepulauan   Matahari sebagai bagian dari benua atlantis yang hilang, karena benua  itu  ditabrak dari selatan oleh benu Australia. Tabrakan dari selatan itu yang menghancurkan sebagian benua itu  dalam listofernya kekinian, dan daratan lainnya (India) terdorong naik menabrak dan menempel   pada Benua Asia. Tabrakan/tempelan India sebagai listofer benua yang hilang (Atlantis) pada benua Asia membentuk pegunungan Himalaya,  memaksa (menyebabkan) daratan baru (listofer) dari benua asia (dataran Sunda: daratan Jawa Purba)  menekan/menabrak   benua yang hilang dari arah utara. Terindikasikan kekinian melalui selat antara  Pulau Bali dan Pulau Lombok, Pulau Kalimantan dan Pulau Sulawesi yang sangat dalam, karena di situ terjadi tendesan/tubrukan lempeng  antara  kedua  benua (Atlantis dan Asia).

Sedangkan dataran Sahul (Timur) yakni Pulau Papua/Irian dan Kepulauan Aru sesungguhnya listofer dari  benua Australia  saat  tabrakan dari arah selatan   yang menghancurkan benua atlantis,  mengakibatkan daratan benua australia terdorong keatas yang  menempatkan listofernya dalam dataran Sahul (wilayah Timur) itu.   Dengan demikian dataran Sahul (Timur) mencakup daratan Kepulauan Aru dan Pulau Papua/Irian itu, dahulunya satu daratan dengan benua Australia. Begitupun dataran Sunda (wilaya Barat) yang mencakup daratan Jawa Purba (Sumatra, Jawa-Bali, Kalimantan)  dahulu satu daratan dengan benua Asia.  Tidak luput India, sebelum benua Atlanits hancur/hilang, masih satu daratan dengan benua itu di wilayah Poros  yang kekinian   listofernya disebut  wilayah kepulauan Solor sebagai simbol wilayah kepulauan Matahari yang mencakup wilayah kerajaan Atlantis, yakni  daratan benua Atlantis yang sesungguhnya.

Daratan benua Atlantis yang sesungguhnya wilayah kekaiseran Atlantis   tempoe doeloe,  mencakup pula wilayah kepulauan di lautan/perairan Pasifik, juga pulau Madagaskar dan Pulau Selandia Baru. Pulau-pulau di perairan pasifik itu sebagai daratan baru (listofer) dari benua atlantis yang hilang itu, karena benua itu ditabrak dari arah Barat  oleh Benua Amerika, saat yang  bersamaan ditabrak dari arah Selatan oleh  Benua Australia, seirama dengan itu ditindis/ditekan dari arah Utara oleh Benua Asia.  Dengan demikian dialektika geologis bumi mendinamikakan masing-masing palung benua untuk saling bertubrukan, yang  mengakibatkan hilangnya  benua Atlantis yang menyisakan misteri sampai kekinian.  Misteri  itu dapat  terungkap  antara lain melalui listofer (daratan baru) benua  yang tersimbol dalam kepulauan Solor sebagai simbol kepulauan  Matahari (Bdk https://www.facebook.com/notes/pino-rokan/benua-atlantis-yang-hilang-dan-listofer-nya-dalam-makna-adonara-nuha-nara-nebon-/579036535494264

Tabrakan terhadap Benua Atlantis dari arah Barat waktu itu oleh Amerika, karena benua Amerika  terbelah dari  utara ke selatan.  Di utara memisahakan benua itu  dengan benua Eropa, sedangkan di selatannya terpisah  dengan benua Afrika.  Terlepasnya  benua  Afrika   dari  bagian selatan benua Amerika,  mengakibatkan Afrika bergerak naik menubruk/menempel dengan daratan benua Eropa, menjebak Laut Tengah kekinian melalui pembentukan pegunungan Karpantia. Seirama dengan gerakan daratan India yang naik menubruk/menempel Asia, saat India terlepas dari benua Atlantis (benua yang hilang) karena tubrukan benua Australia dari Selatan, sehingga tubrukan  India  membentuk pegunungan Himalaya, yang memaksa daratan Asia menekan dari  Utara  terhadap benua Atlantis melalui listofer (daratan baru) Jawa Purba.

Dengan demikian eksistensi Kepulauan Solor simbol  Kepulauan Matahari yang mencakup seluruh listofer dari Benua Atlantis yang hilang, wilayah Kekaiseran Atlantis tempoe doeloe, sebagai poros dari benua yang hilang. Eksistensinya  yang demikian menegaskan  identitas wiayah itu sebagai  poros awal  kehidupan dan awal penyebaran flora dan fauna, awal penyebaran manusia dan sumber  asli bahasa  di dunia (Bdk https://www.facebook.com/notes/pino-rokan/rahasia-atlantis-matahari-dalam-makna-adonara-solor-mengungkap-indentitas-india-/564264573638127). Identitas  dan eksistensi wilayah kepulauan Solor yang demikian kekinian mengulang dalam sejarah keberadaan suku-suku di wilayah itu yang  menyebut diri orang Lamaholot (tempat manusia dan terselamatkan dari bencana) dengan keyakinan mereka  terhadap  Rera-Wulan Tanah-Ekan (Matahari-Bulan/Langit dengan Bumi) dalam unkapan magis religius  Lewo Tanah (Bdk https://www.facebook.com/notes/pino-rokan/peradaban-lamaholot-di-nusa-tenggara-timur-dan-brahmanisme/146788852052370 dan https://www.facebook.com/notes/pino-rokan/lewotanah-surga-positivisme-surga-empirisme-suku-bangsa-lamaholot-di-nusa-tengga/143189039079018)

Ungkapan Sina-Jawa  dan Pilpres



Orang lamaholot yang kekinian mencakup ujung Timur Pulau Flores dengan Pulau-pulau di sekitarnya  yakni  Pulau Adonara, Pulau Solor , Pulau Lembata (Kepulauan Solor),  dalam kajian Ernst Vater mencakup pula Kepulauan Alor (Bdk Ernst Vater. Ata Kiwan, Bibiliographisches Institut Ag/Leipzig, 1932, diindonesiakan oleh S.D. Syah dengan judul yang sama, 1984). Dalam pemetaan suku-suku  yang  mendiami  wilayah itu Ernst  Vater  menyebut  Suku Ile jadi, suku Sina-Jawa,  suku  Keroko Puken,  Suku Serang-Gorang.  Pengelompokan  suku-suku itu  menyata sampai kekinian  yakni  masing-masing menyebut diri sebagai  turunan  yang  awal  menempati  gunung  (Ile jadi) di wilayah itu, yang berlayar datang dari tempat  yang  jauh  Cina-Jawa (Sina-Jawa),  yang berasal  dari arah timur wilayah lamaholot (Keroko Puken)   yang sering  diidentikan dari kepulauan  Maluku  (Serang-Gorang) yakni  dari  kepulauan Seram-   Gorom dan kepuauan  Kai  (Bdk  http://sosbud.kompasiana.com/2012/07/26/peradaban-lewotanah-lamaholot-dalam-trinitas-kepemimpinan-purba-indonesia-timur-dan-atlantis-yang-hilang/dan https://www.facebook.com/notes/pino-rokan/cendana-cengkeh-pala-sebagai-pembuka-tabir-misteri-geografis-atlantis-yang-hilan/159206680810587).

Ungkapan sina-jawa sesungguhnya  menggambarkan  arah Timur (Sina/Cina)-Barat (Jawa, Java, Iononia, yunani)  dunia gelombang kedatangan kembali suku-suku yang saling menyatu dan sinergis di wilayah itu dalam meningkatkan  peradaban dan kebudayaan  yang  telah diletakan oleh suku awal  Ile Jadi.  Begitupun ungkapan Keroko Puken sebagai pusat (puken), induk  dari kurban, persembahan yakni korke  (keroko) dari  suku  Serang-Gorang dalam menformat kembali  peradaban dan kebudayaan yang diusung oleh suku Sina-Jawa (Bdk https://www.facebook.com/notes/pino-rokan/gelombang-kedatangan-sebagai-proses-menyatu-arus-ata-lamaholot/119113988153190)

Dengan demikian sesungguhnya ungkapan sina/Tiongha-Jawa  bagi manusia lamaholot selalu melekat  dalam kisah sejarah  sosok hidup dan kehidupannya  sampai  kekinian, tercermarti secara mendalam sebagai suatu dialektika penyatuan dan penguatan kembali ke wilayah Poros, yakni kembali ke usu-asa (asal yang sesungguhnya).  Kata “sina” sesungguhnya bermakna kata sinar, terang, cahaya, yang replikanya dalam kata cina yang menjelaskan  dalam nyata sebuah etnisitas  suku bangsa  yang di sebut  Cina  sebagai simbol wilayah Timur dunia. Sedangkan kata “jawa”  sesungguhnya  orang yang terselamatkan dari  suatu  bencana, yang mulanya dari kata javet, java, iononia, yunani, yang replikanya sebagai suku bangsa  Jawa sebagai alias orang Yunani simbol wilayah Barat dunia (Bdk https://www.facebook.com/notes/pino-rokan/menelusuri-poros-surga-atlantis-yang-hilang-dalam-makna-kata-adonai-dan-yahwe/172423869488868 ). Tercermarti paduan kata  “cina-jawa”,  bermakna hakiki tentang cahaya  (terang, sinar)  yang menyelamatkan. Indikasinya  ada tempat, desa di pulau Adonara dengan  sebutan  “Terong Lewo Jawa”,  bermakna hakikinya  sebagai  terang (terong) yang menuntun (melindungi=Lewo) kepada keselamatan.

Kembali ke ramalan bahwa “kalau indonesia menjadi makmur, maka tandanya adalah kalau orang cina sudah menjadi  presiden indonesia, walaupun usia kekuasaan  seumur jagung. ...”. Merujuk kepada kehakikian makna magis-religius “sina-jawa”,  maka dapat menuntun pemahaman dan pemakluman  dialektika pilpres kekinian dan akan datang.  Dialektika  tentang pengaruh dan kepentingan orang Cina,  orang Kristen  (Katolik, Protestan), orang Islam ( NU, Muhamadiyah),  Barat (Amerika,cs) dan  Militer.  Pemahaman dan pemakluman dimaksud demi selalu merawat dan menumbuhkan  optimisme terhadap: (1) proses  pilpres  dan hasilnya  yang  diumumkan oleh KPU tanggal 22 Juli  2014,  (2) proses pilpres  dan hasilnya itu  didaftarkan  gugatannya  ke Mahkamah Konstitusi (MK) tanggal  25 Juli  2014, (3) situasi perpolitikan bangsa pasca hasil keputusan MK nanti  antara tanggal 21-25 Agustus 2014 dan sampai kepada pelantikan presiden yang terjadwalkan  tanggal  20 Oktober  2014, (4) dinamika kehidupan bangsa  ke depan  pasca  pelantikan  presiden  yang baru.

Merujuk  kelanjutan  ramalan bahwa  “saat itu   keadaan masyarakat indonesia  adil dan maut dalam kekuasaan presiden (walaupun) mungkin  seumur jagung itu, baru menyusul presiden berikut yang  benar-benar  memimpin indonesia  menuju  masyarakat yang  adil dan makmur”. Termaknakan  bahwa  kalaupun seumur jagung atau bahkan lebih dari itu, kekuasaan  itu dalam keadilan dan maut, yakni  yang  benar dan baik  mendatangkan  keadilan,  yang salah  dan jahat menunai maut. Dengan demikian  orang yang dalam kekuasaan  dan atau di luar  kekuasaan, terlebih yang sedang berkuasa  selalu dalam tuntutan  waktu pemurnian diri, yakni revolusi  putih menurut  capres-cawapres  Prabowo-Hata dan revolusi  mental menurut capres-cawapres  Jokowi-JK (Bdk https://www.facebook.com/notes/pino-rokan/menyimak-revolusi-putih-dan-revolusi-mental-manusia-indonesia/716242675106982).  Tuntutan  pemurnian diri  para penguasa itu  menjadi sebuah kewajiban  selama  setahun ke depan  sejak 17 Agustus 2014 sampai dengan 16 Agustus 2015 menyongsong  genap  usia 70 tahun  kemerdekaan Indonesia.

Masyarakat  adil  dan Makmur



Setelah 70 tahun kemerdekaan yang terjebak dalam ketidakadilan politik  dan ekonomi  dunia mengakibatkan ketidakmakmuran,  maka secara natural Indonesia  mengalami tuntutan pemurnian kemerdekaan  yang sesungguhnya (revolusi putih-revolusi  mental). Sina-Jawa (Timur-Barat) simbol pertikaian dunia Timur dengan dunia Barat selama ini (mengulang dalam pilpres) yang sesungguhnya mengundang kedatangan  “cahaya yang memberi selamat,”  kelak mulai  kembali menyatu dan sinergis   di Poros.   Karena  di Poros  itu sesungguhnya awal  hidup dan kehidupan  yang  kemudian     menyebar ke Timur  dan  menabur ke  Barat (Bdk  Stephen Oppenheimer dalam bukunya “EDEN IN THE EAST The Drowned Continent of Southeast Asia” 1998, diindonesiakan  “EDEN IN THE EAST, SURGA DI TIMUR, Benua yang Tenggelam di Asia Tenggara”  2010, https://www.facebook.com/notes/pino-rokan/nusa-tenggara-maluku-dalam-penelusuran-penyebaran-awal-manusia-di-dunia/359452297452690dan https://www.facebook.com/notes/pino-rokan/bahasa-austronesia-sumber-asli-bahasa-dunia-dan-awal-mula-penyebaran/417743704956882)

Dalam  kerangka  akademis  menggariskan  dunia Timur  mengutamakan yang  nyata,  materi, raga,  badan.  Sedangkan  dunia Barat  mengutamakan  yang ideal, abstrak, jiwa,  pemikiran. Dalam filsafatnya  Plato  dikenal  filsafat  “Dua Dunia”  yakni  dunia  pikiran dan dunia raga. Walaupun  filsuf Aristoteles  megoreksi   dengan  filsafat “Satu Dunia,”  bahwa  yang  nyata  itu  raga saja karena  jiwa, pikiran ada dalam raga, sehingga dikenal  juga dengan  filsafat  materialisme.  Namun era filsuf  Emanuel  Kant  kembali  mengkritisi “Dua Dunia”nya  filsuf Plato dan “Satu Dunia”nya filsuf Aristoteles.  Bahwa  di antara dunia jiwa  dan duna badan itu, tentu  ada sesuatu  hal  yang  menyatukan,  sehingga  filsafat  Kant dikenal sebagai “Dialektika”.    Di era  filsuf  Hegel  dan filsuf  Marx  meramaikan  kembali  “Dua Dunia”nya  filsuf Plato dan “Satu Dunia”nya filsuf Aristoteles.  Hegel  berpendirian bahwa  yang lebih dahulu ada,  adalah dunia jiwa, pikiran (filsafat idealisme), sedangkan Karl Marx  berpendapat  bahwa  yang  lebih dahulu  ada,  adalah dunia raga, kenyataan    (filsafat materialisme).

Kekeliruan  filsafat  idealisme  Hegel  mensetarakan  dunia jiwa dengan dunia roh,   yang sesungguhnya  roh itu  menyatu-hidupkan dunia  jiwa  dengan dunia raga, terpahami dalam fisafat Pancasila penggalian Bung Karno .  Roh itu menegaskan  Poros,  Raga menjelaskan Timur, Sina (Cina), sinar, cahaya, terang, sedangkann  Jiwa  menunjuk ke Barat, jawa , java, iononia (Yunani).  Filsafat  Pancasila   (Roh)  sesungguhnya  poros bumi, poros kehidupan awal  dunia yang menyebar ke Timur (filsafat materialisme)  dan  menabur  ke Barat (filsafat idealisme) Bdk https://www.facebook.com/notes/pino-rokan/awal-mula-kehidupan-adalah-roh-dari-ketiadaan-melalui-ketiadaan-menuju-ketiadaan/264845040246750.  Mencintai diri, ego,  kelompok, suku, agama, golongan, individualisme  (kapitalisme  sebagai  penjabaran filsafat idealisme, barat). Mengasihi  sesama,  mengutamakan  kepentingan umum, sosial (sosialisme  sebagai penjabaran filsafat  materialime,  Timur).  Menyeimbangkan,  menserasi-selaraskan  kapitalisme dengan sosialisme,  terjelaskan  dalam  Pancasila.

Kembali kepada filsafat Dua Dunia dari Plato, maka dunia  jiwa itu cinta (kapitalisme), sedangkan dunia raga itu kasih (sosialisme) !!!! jadilah CINTA-KASIH. Pendialektikan atau yang menyatu-hidupkan JIWA (kapitalis) dengan RAGA (sosialis) adalah ROH, nilai, ideologi (Pancasila) !!!! Dengan demikian Pancasila sebagai dasar filsafat berbangsa dan bernegara Indonesia, maka sesungguhnya sila-silanya merupakan perumusan kembali kesempurnaan dialektika kemuliaan kehidupan dalam bahasa Roh tentang peradaban dan kebudayaan dunia yang hilang (Atlantis yang Hilang) Bdk  https://www.facebook.com/notes/pino-rokan/alpha-omega-gagasan-pengulangan-plato-mengungkap-misteri-surga-yang-hilang/494511200613465. Bahasa Roh ibarat cermin yang memantulkan kemuliaan manusia (revolusi putih) dan menegaskan  mental (karakter/watak, revolusi mental) manusia indonesia yang pancasilais, sebagai modal dasar pengelolaan kedaulatan pangan dan energi nasional. Berkedaulatan pangan dan energi nasional demi kedasyatan  ketahanan  nasional  dalam negeri  agar bangsa indonesia mampu menegakan kemanusiaan dalam keadilan politik dan ekonomi   di panggung  pergaulan internasional. Dalam dasar  pemahaman demikian  diletakan  pemurnian  kemerdekaan  indonesia  yang sesungguhnya setelah 70 tahun merdeka,  sehingga  penataan kehidupan    berbangsa dan bernegara  indonesia  menjadi  masyarakat  yang adil dan makmur.***

Dataran  Oepoi,  Kota  Karang Kupang,  Tanah Timor,  31 Juli  2014

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun