Mohon tunggu...
KOMENTAR
Lyfe

Indonesian Idol 2014 buat Gio? Kenapa Tidak!

5 Maret 2014   04:04 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:14 27 0
Sebelum saya tuntaskan tulisan pertamaku di dunia kompasiana ini ijinkan saya menyampaikan bahwa sebagai penulis pemula di sini sangat mungkin banyak kekurangan. Hanya minat yang cukup untuk ikut berbagi setelah menikmati membaca cukup banyak tulisan menarik di sinilah yang memantapkanku untuk mencoba mengeluarkan isi kepala untuk juga dapat dinikmati oleh rekan-rekan pembaca yang budiman budiwati. Kalau kurang enak mohon tak dicaci ya, seperti biasa dikatakan isteri saya di meja makan kami yang sederhana di lingkungan desa yang asri di Indramayu.

Faktor keaktualan menjadi alasan saya memilih topik ini di antara beberapa pilihan yang mampir di benak saya. Saya tahu beberapa artikel tentang Indonesian Idol (disingkat saja : II) 2014 telah muncul di forum ini dan semuanya bagus-bagus saya dapat pencerahan dan ilmu darinya dan menjadi pemicu bagi saya untuk mengimbangi tulisan-tulisan yang bagus dan telah muncul itu. Jadi ngori-ngori sodap juga awak (nah ini sebenarnya versi asli bahasa Medan dari pemeo ala Sutan Bhatoegana yang menghebohkan itu) kalau apa yang saya suguhkan ini kurang layak di hadapan publik kompasiana yang terhormat.

Berbicara tentang Indonesian Idol 2014 tak terlepas dari sejarahnya sejak awal pemunculannya tahun 2006. Namun saya tak akan menjabarkan kronologi sejarah II di sini, akan melenceng dari judulnya.

Ada satu hal yang umum berlaku untuk semua pemenang sekaligus juga grand finalis II dari waktu ke waktu, yaitu berkualitas dan berkarakter. Hampir semua pemenangnya mampu membuktikan eksistensinya di dunia tarik suara yang sesungguhnya. Ada salah seorang di antara pemenang II yang seperti hilang di telan bumi kiprahnya, diawali kisruh relationshipnya di lingkar keluarganya. Ada juga yang terbelit konflik dengan penyelenggara dan akhirnya memilih tak mengikuti ikatan kontrak kerja. Secara keseluruhan, jebolan II hebat.

Di perhelatan II tahun 2014 ini sudah dapat dimengerti kalau II sudah tak asing bagi masyarakat negeri ini. Dapat dikatakan minat masyarakat untuk berperan aktif dalam menentukan siapa yang bertahan dari minggu ke minggu hingga grand final yang wah sudah tak semembahana dulu lagi apalagi saat pertama kali digelar.

Nah, dari materi kontesstan II 2014 ini dapat diduga dan dimengerti beberapa nama telah menarik perhatian publik sedemikian sehingga di babak Spektakular yang saat ini memasuki separuh awal diperkirakan akan merajai 5 besar, 4 besar dan seterusnya hingga grand final. Nowela, Virzha, Husein adalah nama-nama beken II 2014 yang diduga kuat melaju bahkan menjadi pemenangnya. Lalu, mengapa saya menyebut Gio?

Aha, jujur saya tak mengikuti II 2014 seantusias seperti saat pertama kali yang menobatkan Joy Tobing sebagai pemenang, khususnya tahap audisi hanya secuil yang saya ikuti. Pemahaman saya terhadap seluruh kontestan babak Spektakular saja pun sebatas mencari rujukan lewat mbah Google. Jadi bukan didasarkan kedekatan dengan kontestan tertentu.

Harus diakui persaingan di ajang pencarian bakat seperti ini cukup diwarnai fanatisme multi dimensi. Unsur kedaerahan, agama, latar belakang sosial termasuk di dalamnya. Itu telah mencuat sejak pertama kalli digelar, dan menurut saya harus diterima sebagai bagian dari realita yang tak hanya terjadi di negeri ini saja.

Masih menurut saya, kontestan yang berasal dari daerah saya, Medan sekitarnya cukup menonjol bahkan mungkin merajai ajang II dan ajang lain sejenis di negeri ini. Unik memang, kriteria berasal dari Medan sekitarnya itu bisa luas cakupannya. Nowela yang ibunya adalah orang Batak bisa dimasukkan didalamnya. Ihsan yang tak berdarah Batak namun berasal dari Binjai sebuah kota kecil di dekat kota Medan bisa juga termasuk di antaranya. Virzha kabarnya juga lama tinggal di Medan termasuk jugalah. Joy Tobing jangan ditanya lagi. Semakin memperkuat supremasi orang Medan soal tarik suara ini. Jadi asalkan ada Medan-Medannya walau sedikit cukup berpotensi untuk jadi sesuatu di II.

Maka di ajang II 2014 ini menurutku di atas kertas sudah bisa diprediksi siapa yang bakal memenanginya. Nah lo, ini bisa menjadi berita buruk bagi penyelenggara dan sponsor karena minat mengirimkan sms bisa jauh menurun. Jadi teringat gesture kontestan Yuka dengan jari-jarinya mengajak berkirim sms ke nomor 9288. Apalagi seorang penulis kompasiana telah mengulas Virzha yang akan keluar sebagai pemenang dan menarik sekali dihubungkan dengan kepentingan Ahmad Dhani dalam menemukan vokalis-vokalis band binaannya. Semoga tulisan ini tak dinilai provokatif untuk mendukung kontestan tertentu. Dan masyarakat cerdas menentukan pilihannya.

Virzha? Dari Medan lagi dunk....Hahah, saya sebenarnya tak terlalu suka dengan kontestan ini. Macho, flamboyan sepertinya semuanya ada di sosok anak Medan ini. Sangat pede, mungkin kepedean dengan aksi menggoyangkan pinggulnya secara seronok menurutku berlebihan. Semoga banyak wanita menikmatinya heheh...

Husein, saya belum banyak mengetahui banyak tentangnya. Baru saja saya menulis di akun Facebook II nya bertanya tentang daerah asalnya. Sekilas yang memiliki nama begini banyak yang berasal dari Medan atau Aceh.

The point is,  saya secara pribadi sudah jenuh dengan realita anak Medan merajai dunia tarik suara termasuk ajang pencarian bakat. Anak Medan perlu diarahkan agar tak melulu mengurusi nyanyi. Anak Medan jago nyanyi itu sudah biasalah... Saatnya anak Medan melepas predikat jago nyanyi dan merambah area-area yang selama ini kurang diminati atau lebih tepat kurang bisa eksis. Dunia politik masih sangat membutuhkan peran anak Medan di negeri ini sehingga misalnya dapat menepis kesan kalau anak Medan yang politisi itu ya si Poltak raja minyak itulah yang kasar dan sadis. Hehe, dibutuhkan anak-anak Medan yang santun berbudaya di panggung politik negeri ini.

Lalu, apa hubungannya dengan Gio?
Ya, sejalan dengan kejenuhan akan anak Medan merajai II maka saya cenderung agar kontestan yang tak ada hubunganya dengan Medan yang akan memenangi II 2014 ini. Biar lebih berwarna dan merata sesuai semangat Bhinneka Tunggal Ika. Tadinya saya sempat mengunggulkan Dewi Puspita sebelum akhirnya Gio. Lebih memilih Gio karena simpati dengan semangat juangnya dan cara bernyanyi yang 'from the heart' walau cenderung berlebihan secara emosi. Ke depan saya berharap Gio lebih bisa mengatur emosi. Latar belakangnya yang telah berstatus bapak dari dua anak sebagaimana terlihat dari foto di tag yang digantung di leher gitarnya membuat Gio mewakili kaum bapak. Sederhana saja, dia tak memalukan menyandang jawara II 2014. Cukup bagus bernyanyi. Dan yang paling penting: bukan anak Medan. Dengan demikian ke depan kita dapat menyaksikan warna warni nusantara di panggung II yang bergengsi.

Ajang pencarian bakat berdasarkan pengumpulan sms akan selalu memacu adrenalin karena pemirsa selalu dirangsang untuk berlomba-lomba mengirimkan sms. Dapat dikatakan lomba sesungguhnya ada pada pemirsa pengirim sms.
Kita semua berpeluang menentukan akankah semarak warna-warni nusantara dapat terwujud melalui banyak aspek kehidupan di negeri ini,  termasuk melalui ajang Indonesian Idol.

Pilihlah Yuka, atau Dewi, atau Miranti, atau Gio, atau Ubay, atau Yunita, atau Windy, atau Sarah. Saya sendiri mendukung Gio. Tak berarti saya sentimen kepada kontestan di luar yang disebut itu, simak argumen saya di atas.

Satu lagi, harap jangan ditafsirkan kalau tulisan ini bernada SARA mestinya sebaliknya, mengajak untuk menikmati keberagaman nusantara tercinta.

Semoga.........

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun