Masyarakat Jakarta kini sedang dilanda dilema. Pilih tukang ojek langganan atau versi modern lewat aplikasi? Stop taksi di pinggir jalan atau tunggu dihampiri? Mau harga murah atau membantu "si bapak" langganan cari makan? Angkutan umum konvensional dengan angkutan umum berbasis aplikasi? Pilihan ini sekilas memang terlihat mudah dan sederhana, namun perseteruan yang terjadi baru-baru ini membuat saya terhentak sejenak dan sadar, apakah benar tidak ada jalan tengah? Memang angkutan konvensional harus tetap "kuno" dan kalah saing?
KEMBALI KE ARTIKEL