Kuesioner dibagikan pada 539 siswa sebagai partisipan, dan juga 75 guru. Hasil yang diperoleh, salah satunya adalah bahwa baik siswa maupun guru lebih familiar dengan fenomena tentang kekerasan di sekolah, yaitu tindakan yang menyasar pada fisik, mengakibatkan korban mengalami cidera fisik., dan kurang paham mengenai bullying, yaitu perilaku yang didasari oleh keinginan untuk menyakiti, terjadi berulang, dikarenakan ketidakseimbangan kekuatan antara pelaku dengan korban/target (Olweus, 1993).
Menurut Rigby (2002), bentuk perilaku bullying, ada yang verbal secara langsung, seperti mengejek2, memberi nama julukan yang negatif, membentak dengan kata-kata kasar bahkan makian; Sedangkan bullying verbal yang tidak langsung, seperti menyebarkan rumor tentang seseorang yang tidak disukai, bergosip tentang seseorang. Kemudian ada bullying dengan menggunakan bahasa tubuh, seperti membuang muka ketika bertemu dengan seseorang yang tidak disukai atau melemparkan pandangan sinis. Bullying fisik meliputi perilaku memukul, menampar, menendang, atau semua perilaku yang menyakiti fisik. Ada juga bullying relational, yaitu tindakan mengucilkan seseorang, mempengaruhi orang lain untuk tidak menyukai seseorang, sehingga menghancurkan relasi-relasi yang dimiliki.
Data yang kami peroleh di 10 SMA dan SMK kota Salatiga, lebih dari 50% siswa menyatakan bahwa bullying verbal yang paling sering terjadi di sekolah mereka, karena saling mengejek, memberi julukan dianggap sebagai cara untuk bercanda satu sama lain. Bentakan juga dipahami sebagai cara melatih mental supaya kuat. Konteks situasinya misal pada saat penerimaan siswa baru, di mana kakak kelas boleh membentak-bentak atau menertawakan siswa baru adik kelas mereka.
bullying fisik juga dilaporkan terjadi meski dalam jumlah yang kecil, karena partisipan memahami bahwa perilaku itu termasuk dalam kekerasan.
Data lain yang muncul adalah 20,03% siswa menyatakan penggunaan facebook untuk menghina teman yang tidak disukai, dan 17,99% siswa menyatakan penggunaan sms untuk menghina teman yang tidak disukai, dan 31,53% menelpon atau mengirim sms tanpa identitas, artinya, telah terjadi juga apa yang disebut dengan cyberbullying yaitu bullying menggunakan internet, sms atau telepon.
25,78% siswa menyatakan adanya perilaku membentuk geng untuk memusuhi orang yang tidak disukai, yang merupakan salah satu bentuk bullying relasional.
perilaku-perilaku bullying verbal, relasional dan cyberbullying, dipahami sebagai tidak terlampau berbahaya seperti hanya bullying fisik, karena dampak yang ditimbulkan tidak terlihat nyata seperti halnya cidera fisik. Cidera yang terjadi pada psikis atau mental seseorang, sama berbahayanya dengan cidera fisik.
Beberapa penelitian, mengungkapkan fakta mengenai dampak-dampak dari bullying baik fisik maupun psikis, sebagai berikut:
1. 1. Baik pelaku maupun korban akan lebih cenderung mengalami masalah sosial, emosional, perilaku dan akademis jika dibandingkan dengan teman sebaya lain yang tidak terlibat (Glew, Fan, Katon, Rivara, & Kemic, 2005 dalam Bauman, 2008).