Hai, kawan! Lama tak bertemu di depan kamera. Aku kangen sama kamu. Makanya kukoleksi foto-foto seksrimu, mulai dari yang bertelanjang dada hingga pose nakalmu saat 'melawan' permainanku di depan kamera. By the way, aku perlu bantuanmu. Aku perlu uang RM 5,000 (Rp 14 juta) untuk keperluanku. Tapi, kalau kamu keberatan, aku akan sebar foto-foto manismu lewat akun Facebook aslimu, blog, dan kukirim lagi ke alamat kantormu. Deggg!!! Jantung berdegup kencang, hati bergemuruh serasa ada angin topan atau puting beliung menimpaku saat ini. Mungkin seperti ini rasanya takut akan tsunami. Mungkin ini rasanya mencekam di hadapan seekor singa yang lapar. Mendapat pesan tersebut di akun Facebook-ku membuatku sangat lemah tak berdaya, kedua kaki tak mampu berpijak karena kehilangan tenaga. Rasanya ruhku tercopot seketika dari tubuhku. Jeff! Seorang lelaki yang kukenal dari Facebook. Tentu bukan akun Facebook asliku, tapi akun Facebook abal-abal yang sengaja kubuat agar aku lebih leluasa mengekspresikan perasaanku sebagai seorang pecinta sesama jenis. Sudah lumrah, para kaum homoseksual biasa memiliki akun Facebook lebih dari satu, selain dari akun Facebook aslinya. Biasanya di akun Facebook abal-abal itu, seorang gay akan menyamarkan nama, foto, data profil, dan lain sebagainya. Begitu mendapat seseorang yang dirasa cukup dekat, nyaman, dan dipercaya, biasanya hubungan berlanjut di dunia nyata dengan terlebih dahulu saling bertatap muka di depan Yahoo! Messenger. Seperti itu pula aku mengenal Jeff. Lelaki seusiaku yang tinggal di Malaysia. Aku mengenalnya di Facebook abal-abalku. Berbulan-bulan, kita menjalin hubungan pertemanan dengan melakukan chatting secara intens hingga kita tertarik satu sama lain. Jeff memintaku untuk mau chatting di Yahoo! Messenger, tentu sambil saling berhadap-hadapan di Webcam laptop masing-masing. Kata-kata Jeff sungguh manis. Rayuan gombalnya mampu meluluhkan hati. Celotehannya hangat. Candanya jayus tapi mengasyikkan. Sampai kita membicarakan hal-hal yang lebih 'panas' dan membuat kita terpancing emosi. Mula-mula ia memintaku membuka baju, begitu pun sebaliknya. Saat sama-sama terbuai dalam api hasrat yang menggebu, mulailah kita berfantasi, merasa seolah-olah kita sedang bertatap berhadap-hadapan tanpa dibatasi Webcam. Hingga satu tahun, hal itu selalu berulang. Aku semakin percaya pada Jeff. Akhirnya Jeff meminta akun Facebook asliku, katanya agar terasa lebih akrab dan saling menjaga kepercayaan. Aku berikan akun Facebook asliku. Sedangkan Jeff mengaku tak punya Facebook asli, ia hanya punya akun Twitter. Dan, di bulan ke-14, datanglah pesan itu dari Jeff. Hatiku bergoncang remuk, ingin marah tapi tak bisa terluapkan. Jeff mengirimkan foto-foto bugilku via e-mail dan mengancam akan menyebarkannya pada teman-teman di Facebook asliku dan akan mengirimkannya ke alamat kantor tempatku bekerja karena ia tahu pekerjaanku. Menyesal, sangaaaat menyesal. Namun, hanya menyesal tidak akan menyelesaikan masalah. Ingin lapor polisi, bukanlah hal yang tepat. Tentu semua aibku akan terbongkar, apalagi Jeff tinggal di Malaysia, aku pikir akan sangat ribet urusannya jika berhubungan dengan pihak keamanan. Yang aku pikirkan saat ini adalah bagaimana aibku tidak tersebar pada teman-temanku, saudara-saudaraku, dan semua berujung pada orangtuaku yang pasti akan sangat sangat sangat kecewa padaku. Padahal, di dunia nyata, aku dikenal sebagai anak baik dan banyak tingkah, bahkan terkesan religius. Ya Allah, inikah cara-Mu menegurku agar aku bertaubat dan lari dari dunia kelam ini?
KEMBALI KE ARTIKEL